I FEEL
Pandangan tak berwarna kecuali hitam
Bahkan bayanganpun tak terlihat oleh indra
Gelap gulita penuh dengan ketakutan
Dengan kehampaan yang menyertai
Pendengaran ku tuli akan nada-nada manusiawi
Tapi peka akan dentingan jam, dan suara awan
Berpestaria dalam kegelapan
Awan menangis membasahi apa yang mereka sentuh
Membuat melodi yang tak ingin ku dengar
Yang memaksa menerobos gendang telingaku
Memecahkan fikiranku
Menjadi pecah belah kegelisahan yang tak berujung
Merajut benang-benang gundahku
Menyulamnya menjadi switter yang memeluk erat jasmaniku
Lantas kusut mengikatku
Tertanda
Titik Handayani
ARTIKEL SEJARAH
(
Kerajaan Kediri, Kerajaan singhasari ,Kerajaan Majapahit )
Disusun oleh : Titik Handayani
SMAN TITIAN TERAS H.A.S JAMBI
TAHUN AJARAN 2013/2014
1.
Kerajaan kediri
Kerajaan
Kediri atau Kerajaan Panjalu adalah merupakan sebuah kerajaan besar yang
terletak di daerah Jawa Timur yang berdiri pada abad ke-12 yang terdapat di
Jawa Timur antara tahun 1042-1222. Kerajaan ini berpusat di kota Daha, yang terletak
di sekitar Kota Kediri sekarang. Kerajaan ini merupakan bagian dari Kerajaan
Mataram Kuno. Pusat kerajaanya terletak di tepi Sungai Brantas yang pada masa
itu telah menjadi jalur pelayaran yang ramai. Atau bisa disebut sebagai lalu
linntas transportasi terfavorite di zaman terebut.
a.
Berdirinya Kerajaan Kediri
Penemuan Situs Tondowongso pada awal
tahun 2007, yang diyakini sebagai peninggalan Kerajaan Kediri diharapkan dapat
membantu memberikan lebih banyak informasi tentang kerajaan tersebut. Beberapa
arca kuno peninggalan Kerajaan Kediri. Arca yang ditemukan di desa Gayam,
Kediri itu tergolong langka karena untuk pertama kalinya ditemukan patung Dewa (
bentuk bangunan kerajaan kediri) Syiwa
Catur Muka atau bermuka empat. Pada tahun 1041 atau 963 M Raja Airlangga
memerintahkan membagi kerajaan menjadi dua bagian.
Pembagian
kerajaan tersebut dilakukan oleh seorang Brahmana yang terkenal akan
kesaktiannya yaitu Mpu Bharada. Kedua kerajaan tersebut dikenal dengan
Kahuripan menjadi Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) yang dibatasi oleh
gunung Kawi dan sungai Brantas dikisahkan dalam prasasti Mahaksubya (1289 M),
kitab Negarakertagama (1365 M), dan kitab Calon Arang (1540 M). Tujuan
pembagian kerajaan menjadi dua agar tidak terjadi pertikaian.Kerajaan Jenggala
meliputi daerah Malang dan delta sungai Brantas dengan pelabuhannya Surabaya,
Rembang, dan Pasuruhan, ibu kotanya Kahuripan, sedangkan Panjalu kemudian
dikenal dengan nama Kediri meliputi Kediri, Madiun, dan ibu kotanya Daha.
Berdasarkan
prasasti-prasasti yang ditemukan masing-masing kerajaan saling merasa berhak
atas seluruh tahta Airlangga sehingga terjadilah peperangan. Pada akhir
November 1042, Airlangga terpaksa membelah wilayah kerajaannya karena kedua
putranya bersaing memperebutkan takhta. Putra yang bernama Sri Samarawijaya
mendapatkan kerajaan barat bernama Panjalu yang berpusat di kota baru, yaitu
Daha. Sedangkan putra yang bernama Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan timur
bernama Janggala yang berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan. Panjalu dapat
dikuasai Jenggala dan diabadikanlah nama Raja Mapanji Garasakan (1042 – 1052 M)
dalam prasasti Malenga. Ia tetap memakai lambang Kerajaan Airlangga, yaitu
Garuda Mukha.
Pada
awalnya perang saudara tersebut, dimenangkan oleh Jenggala tetapi pada
perkembangan selanjutnya Panjalu/Kediri yang memenangkan peperangan dan
menguasai seluruh tahta Airlangga. Dengan demikian di Jawa Timur berdirilah
kerajaan Kediri dimana bukti-bukti yang menjelaskan kerajaan tersebut, selain
ditemukannya prasasti-prasasti juga melalui kitab-kitab sastra. Dan yang banyak
menjelaskan tentang kerajaan Kediri adalah hasil karya berupa kitab sastra.
Hasil karya sastra tersebut adalah kitab Kakawin Bharatayudha yang ditulis Mpu
Sedah dan Mpu Panuluh yang menceritakan tentang kemenangan Kediri/Panjalu atas
Jenggala.
b.
Perkembangan kerajaan kediri
Pada
awal masa perkembangannya Kerajaan Kediri yang beribukota di Daha tidaklah
banyak diketahui orang. Prasasti Turun Hyang II (1044) yang diterbitkan oleh
Kerajaan Janggala hanya memberitakan adanya perang saudara antara kedua kerajaan
sepeninggal Airlangga. Sejarah Kerajaan Panjalu mulai diketahui oleh adanya
prasasti Sirah Keting tahun 1104 atas nama Sri Jayawarsa. Raja-raja sebelum Sri
Jayawarsa hanya Sri Samarawijaya yang sudah diketahui, sedangkan urutan
raja-raja sesudah Sri Jayawarsa sudah dapat diketahui dengan jelas berdasarkan
prasasti-prasasti yang ditemukan.Kerajaan Panjalu di bawah pemerintahan Sri
Jayabaya berhasil menaklukkan Kerajaan Janggala dengan semboyannya yang
terkenal dalam prasasti Ngantang (1135), yaitu Panjalu Jayati, atau Panjalu Menang.Pada
masa pemerintahan Sri Jayabayalah akhirnya Kerajaan Kediri baru mengalami masa
kejayaannya.
Wilayah
kerajaan ini mencakup seluruh Jawa dan beberapa pulau di Nusantara, bahkan juga
sampai mengalahkan pengaruh Kerajaan Sriwijaya di Sumatra.
Hal ini diperkuat kronik Cina berjudul Ling wai tai ta karya Chou Ku-fei tahun 1178, bahwa pada masa itu negeri paling kaya selain Cina secara berurutan adalah Arab, Jawa, dan Sumatra. Pada Saat itu yang berkuasa di Arab adalah Bani Abbasiyah, di Jawa ada Kerajaan Panjalu, sedangkan di Sumatra dikuasai oleh Kerajaan Sriwijaya. Penemuan Situs Tondowongso pada awal tahun 2007 yang diyakini sebagai peninggalan Kerajaa. Kediri diharapkan dapat membantu memberikan lebih banyak informasi mengenai kerajaan tersebut.
Hal ini diperkuat kronik Cina berjudul Ling wai tai ta karya Chou Ku-fei tahun 1178, bahwa pada masa itu negeri paling kaya selain Cina secara berurutan adalah Arab, Jawa, dan Sumatra. Pada Saat itu yang berkuasa di Arab adalah Bani Abbasiyah, di Jawa ada Kerajaan Panjalu, sedangkan di Sumatra dikuasai oleh Kerajaan Sriwijaya. Penemuan Situs Tondowongso pada awal tahun 2007 yang diyakini sebagai peninggalan Kerajaa. Kediri diharapkan dapat membantu memberikan lebih banyak informasi mengenai kerajaan tersebut.
c.
Sumber
Sejarah Kediri
1) Prasasti
banjaran 1052, tentang kemenangan atas jenggala.
2) Prasasti
sirah keting 1140, tentang pemberian hadiah tanah kepada rakyat desa oleh Jayawarsa.
3) Prasasti
ngantang 1135, tentang Jayabaya memberikan rakyat nganteng tanah bebas pajak.
4) Kitab
Pararaton menceritakan tentang raja raja Singasari. b. Kitab Negarakertagama
berisi silsilah raja majapahit yang memiliki hubungan erat dengan raja
Singasari.
5) Berita
dari Cina menyatakan bahwa Kubilai Khan (kaisar Cina) mengirim pasukannya untuk
menyerang Kertanegara, raja Singosari.
6) Candi-candi
seperti Kidal, Jago, Singasari, dll
d. Raja-Raja
yang Pernah Memerintah Kediri
1.
Shri Jayawarsa Digjaya Shastraprabhu
Jayawarsa
merupakan raja pertama yang memerintah kerajaan Kediri dengan prasasti sirah
keting yang berangka tahun 1104. Pada masa pemerintahannya, raja jayawarsa
memberikan hadiah kepada rakyat desa sebagai tanda penghargaan , karena rakyat
desa telah berjasa kepada rakyat. Dari prasati itu diketahui bahwa jayawarsa
sangat besar perhatiannya kepada rakyatnya dan berupaya meninggkatkan
ksejahteraan rakyatnya. Ia menamakan dirinya sebagai titisan Wisnu.
2.
Kameshwara
Kameshwara merupakan raja ke-dua kerajaan
Kediri yang bergelar Sri Maharajarake Sirikan Shri Kameshwara
Sakalabhuwanatushtikarana Sarwwaniwaryyawiryya Parakrama Digjayottunggadewa
(1115 – 1130). Lancana kerajaanya adalah tengkorak yang bertaring disebut
Candrakapala. Selama masa pemerintahannya Mpu Darmaja telah mengubah kitab
samaradana. Dalam kitab ini sang raja di puji–puji sebagai titisan dewa Kama,
dan ibukotanya yang keindahannya dikagumi oleh seluruh dunia bernama Dahana.
Permaisurinya bernama Shri Kirana, yang berasal dari Janggala.
3.
Jayabaya
Jayabaya merupakan raja kediri ketiga yang
digelari Sri Maharaja Sri Kroncarryadipa Handabhuwanapalaka Parakramanindita
Digjayotunggadewanama Shri Gandra. Raja Kediri paling tersohor adalah Prabu
Jayabaya. Dibawah pemerintahannya Kediri berhasil mencapai kejayaan. Keahlian
sebagai pemimpin politik yang ulung Jayabaya termasyur dengan
ramalan-ramalannya. Ramalan–ramalan itu dikumpulkan dalam satu kitab yang
berjudul jongko Joyoboyo. Dukungan spiritual dan material dari Prabu Jayabaya
dan hal budaya dan kesusastraan tidak tanggung–tanggung. Sikap merakyat dan
visinya yang jauh kedepan telah menjadikan prabu Jayabaya layak untuk dikenang.
4.
Prabu Sarwaswera
Prabu
Sarwaswera dikenal sebagai raja yang taatberagama dan berbudaya. Prabu
Sarwaswera memegang teguh prinsip tat wam asi yang artinya Dikaulah itu,
dikaulah (semua) itu, semua makhluk adalah engkau. Tujuan hidup manusia menurut
prabu Sarwaswera yang terakhir adalah mooksa, yaitu pemanunggalan jiwatma
dengan paramatma. Jalan yang benar adalah sesuatu yang menuju kearah kesatuan,
segala sesuatu yang menghalangi kesatuan adalah tidak benar.
5.
Prabu Kroncharyadipa
Namanya
yang memiliki arti benteng kebenaran, sang prabu memang senantiasa berbuat adil
pada masyarakatnya. Sebagai pemeluk agama yang taat mengendalikan diri dari
pemerintahannya dengan prinsip sad kama murka, yaitu enam macam musuh dalam
diri manusia. Keenam itu antara lain kroda (marah), moha (kebingungan), kama
(hawa nafsu), loba (rakus), mada (mabuk), masarya (iri hati).
6)
Srengga Kertajaya
Srengga Kertajaya dikenal sebagai seorang
prabu yang tak henti-hentinya bekerja keras demi bangsa dan negaranya.
Masyarakat yang aman dan tentram sangat diharapkan olehnya. Prinsip kesucian
prabu Srengga menurut para dalang wayang dilukiskan oleh prapanca. Kertajaya
merupakan raja terakhir pada masa Kerajaan Kediri. Kertajaya adalah raja yang
mulia serta sangat peduli dengan rakyatnya. Kertajaya dikenal dengan catur
marganya yang memiliki arti empat jalan yaitu darma, arta, kama, moksa.
e.
Perkembangan Politik Kerajaan Kediri
Mapanji
Garasakan memerintah Kediri tidaklah lama. Ia kemudian digantikan oleh Raja
Mapanji Alanjung (1052 – 1059 M). Mapanji Alanjung kemudian diganti lagi oleh
Sri Maharaja Samarotsaha. Pertempuran yang terus menerus antara Jenggala dan
Panjalu menyebabkan selama 60 tahun tidak ada berita yang jelas mengenai kedua
kerajaan tersebut hingga munculnya nama Raja Bameswara (1116 – 1135 M) dari
Kediri. Pada masa itu ibu kota Panjalu telah dipindahkan dari Daha ke Kediri
sehingga kerajaan ini lebih dikenal dengan nama Kerajaan Kediri. Raja Bameswara
menggunakan lencana kerajaan berupa tengkorak bertaring di atas bulan sabit
yang biasa disebut Candrakapala. Setelah Bameswara turun tahta, ia kemudian
digantikan oleh Jayabaya yang dalam masa pemerintahannya itu berhasil
menaklukkan Jenggala.
Pada
tahun 1019 M Airlangga diangkat menjadi raja Medang Kamulan. Airlangga berusaha
memulihkan kembali kewibawaan Medang Kamulan. Setelah kewibawaan kerajaan
berahasil dipulihkan, Airlangga memindahkan pusat pemerintahannya dari Medang
Kamulan ke Kahuripan. Berkat kerja kerasnya, Medang Kamulan mencapai kejayaan
dan kemakmuran. Jelang akhir hayatnya, Airlangga memutuskan untuk mundur dari
pemerintahan dan menjadi pertapa dengan sebutan Resi Gentayu. Airlangga akhirnya
wafat pada tahun 1049 M. Seharusnya Pewaris tahta kerajaan Medang Kamulan
adalah seorang putri yaitu Sri Sanggramawijaya yang lahir dari seorang
permaisuri. Akan tetapi karena memilih menjadi pertapa, kekuasaan beralih pada
putra Airlangga yang lahir dari selir.
Agar
tidak terjadi perang saudara, Medang Kamulan dibagi menjadi dua yaitu kerajaan
Jenggala dengan ibu kota Kahuripan, dan kerajaan Kediri (Panjalu) dengan ibu
kota Dhaha. Tetapi usaha tersebut mengalami kegagalan. Hal ini dapat terlihat
hingga abad ke 12, dimana Kerajaan Kediri tetap menjadi kerajaan yang megah dan
makmur namun tetap tidak damai sepenuhnya dikarenakan dibayangi Jenggala yang
berada dalam posisi yang lebih lemah. Hal itu mengakibatkan kondisi gelap,
penuh kemunafikan dan pembunuhan berlangsung terhadap pangeran dan raja-raja
antar kedua negara tersebut. Namun pertikaian ini berakhir dengan kekalahan
yang dialami oleh jenggala, dan kerajaan kembali dipersatukan di bawah
kekuasaan Kerajaan Kediri.
f.
Kehidupan Sosial Masyarakat Kerajaan
Kediri
Jika
dilihat dari kehidupan sosial masyarakat Kediri pada masa itu bisa dibilang
cukup baik karena kesejahteraan rakyat pada saat itu bisa dibilang meningkat,
masyarakat hidup dengan tenang, hal ini bisa dilihat dari rumah-rumah rakyatnya
yang cukup baik, bersih, rapi, dan berlantaikan ubin yang berwarna kuning dan
hijau serta orang-orang Kediri telah memakai kain sampai di bawah lutut. Dengan
kehidupan masyarakatnya yang aman dan damai maka seni dapat berkembang antara
lain kesusastraan yang paling maju adalah seni sastra.
Hal
ini dapat dilihat dari banyaknya hasil sastra yang dapat Anda ketahui sampai
sekarang.Hasil sastra tersebut, selain seperti yang telah dijelaskan pada
uraian materi sebelumnya juga masih banyak kitab sastra yang lain yaitu seperti
kitab Hariwangsa dan Gatotkacasraya yang ditulis oleh Mpu Panuluh pada masa
Jayabaya, kitab Simaradahana karya Mpu Darmaja, kitab Lubdaka dan Wertasancaya
karya Mpu Tan Akung, kitab Kresnayana karya Mpu Triguna dan kitab Sumanasantaka
karya Mpu Monaguna. Kesemuanya itu dihasilkan pada masa pemerintahan
Kameswara.Penemuan Situs Tondowongso pada awal tahun 2007, yang diyakini
sebagai peninggalan Kerajaan Kediri diharapkan dapat membantu memberikan lebih
banyak informasi tentang kerajaan tersebut.
Beberapa
arca kuno peninggalan Kerajaan Kediri. Arca yang ditemukan di desa Gayam,
Kediri itu tergolong langka karena untuk pertama kalinya ditemukan patung Dewa
Syiwa Catur Muka atau bermuka empat.Kehidupan sosial pada zaman Kerajaan Kediri
dapat kita lihat dalam kitab Ling-Wai-Tai-Ta yang disusun oleh Chou Ku-Fei pada
tahun 1178 M. Dalam Kitab tersebut menyatakan bahwa masyarakat Kediri
menggunakan kain sampai bawah lutut dan rambutnya diurai. Rumah masyarakatnya
rata-rata sangatlah bersih dan rapi. Lantainya tebuat dari ubin yang berwarna
kuning dan hijau. Pemerintahannya sangat lah memerhatikan keadaan masyarakatnya
sehingga pertanian, peternakan, dan perdagangan mengalami kemajuan yang cukup
pesat.
Masyarakat Kediri dibedakan menjadi 3 golongan berdasarkan kedudukan dalam pemerintahan kerajaan:
Masyarakat Kediri dibedakan menjadi 3 golongan berdasarkan kedudukan dalam pemerintahan kerajaan:
1.
Golongan masyarakat pusat (Kerajaan)
Adalah masyarakat yang terdapat dalam lingkungan raja dan beberapa kaum kerabatnya serta kelompok pelayannya.
Adalah masyarakat yang terdapat dalam lingkungan raja dan beberapa kaum kerabatnya serta kelompok pelayannya.
2.
Golongan masyarakat thani (Daerah)
Adalah golongan masyarakat yang terdiri atas para pejabat atau petugas pemerintahan di wilayah thani (daerah).
Adalah golongan masyarakat yang terdiri atas para pejabat atau petugas pemerintahan di wilayah thani (daerah).
3. Golongan masyarakat non-pemerintah
Adalah golongan masyarakat yang tidak mempunyai kedudukan dan hubungan dengan pemerintah secara resmi atau masyarakat wiraswasta. Kediri memiliki 300 lebih pejabat yang bertugas mengurus dan mencatat semua penghasilan kerajaan. Di samping itu, ada 1.000 pegawai rendahan yang bertugas mengurusi benteng dan parit kota, perbendaharaan kerajaan, dan gedung persediaan makanan
Adalah golongan masyarakat yang tidak mempunyai kedudukan dan hubungan dengan pemerintah secara resmi atau masyarakat wiraswasta. Kediri memiliki 300 lebih pejabat yang bertugas mengurus dan mencatat semua penghasilan kerajaan. Di samping itu, ada 1.000 pegawai rendahan yang bertugas mengurusi benteng dan parit kota, perbendaharaan kerajaan, dan gedung persediaan makanan
g. Peniggalan
sejarah kerajaan Kediri
a) Prasasti
Banjaran yang berangka tahun 1052 M , menjelaskan kemenangan Kerajaan Kediri
atas Jenggala
b) Prasasti
ngantang tahun 1135 atau 1052 M, menjelaskan Kerajaan Kediri pada masa Raja
Jayabaya. Pada prasasti ini terdapat semboyan Panjalu Jayati yang memiliki arti
Kediri Menang.
c) Prasasti
laring (1104 M ) Dari raja Gandra, yang memuat tentang sejumlah nama-nama hewan
seperti kebo waruga dan tikus jantan.
d) Prasati
yang ditemukan di tulungagung dan Kertosono, Berisi tentang masalah – masalah
keagamaan dan diperkirakan berasal dari Raja Bameswara ( 1171-1130 M )
e) Prasasti
Kamulan (1194 M )
Yang menyatakan bahwa pada masa
pemerintahahn Raja Kertajaya , kerajaan kediri telah berhasil mengalahkan musuh
yang menguasai istana di katang – katang.
Seni
sastra mendapat banyak perhatian pada zaman Kerajaan Kediri. Pada tahun 1157
Kakawin Bharatayuddha ditulis oleh Mpu Sedah dan diselesaikan oleh Mpu Panuluh.
Kitab ini bersumber dari Mahabharata yang berisi kemenangan Pandawa atas
Korawa, sebagai kiasan kemenangan Sri Jayabhaya atas Janggala. Selain itu, Mpu
Panuluh juga menulis Kakawin Hariwangsa dan Ghatotkachasraya. Terdapat pula
pujangga zaman pemerintahan Sri Kameswara bernama Mpu Dharmaja yang menulis
Kakawin Smaradahana.
Kemudian
pada zaman pemerintahan Kertajaya terdapat pujangga bernama Mpu Monaguna yang
menulis Sumanasantaka dan Mpu Triguna yang menulis Kresnayana.Di samping kitab
sastra maupun prasasti di atas, juga ditemukan berita China yang banyak
memberikan gambaran tentang kehidupan masyarakat dan pemerintahan Kediri yang
tidak ditemukan dari sumber yang lain. Berita Cina tersebut disusun melalui
kitab yang berjudul Ling-mai-tai-ta yang ditulis oleh Cho-ku-Fei tahun 1178 M
dan kitab Chu-Fan-Chi yang ditulis oleh Chau-Ju-Kua tahun 1225 M.
h. Kondisi
Ekonomi Pada Zaman Kerajaan Kediri
Perekonomian
Kediri bersumber atas usaha perdagangan, peternakan, dan pertanian. Kediri
terkenal sebagai penghasil beras, kapas dan ulat sutra. Dengan demikian
dipandang dari aspek ekonomi, kerajaan Kediri cukup makmur. Hal ini terlihat
dari kemampuan kerajaan memberikan penghasilan tetap kepada para pegawainya
dibayar dengan hasil bumi. Keterangan ini diperoleh berdasarkan kitab
Chi-Fan-Chi dan kitab Ling-wai-tai-ta.
i.
Runtuhnya Kerajaan Kediri
Kerajaan
Kediri runtuh dikarenakan pada masa pemerintahan Kertajaya, dan dikisahkan
dalam Pararaton dan Nagarakretagama. Pada masa itu kertajaya (tahun 1222)
mengalami pertentangan dengan kaum Brahmana. Kaum Brahmana menggangap Kertajaya
telah melanggar agama dan memaksa meyembahnya sebagai dewa. Kemudian kaum
Brahmana meminta perlindungan Ken Arok, akuwu Tumapel. Kebetulan Ken Arok juga
bercita-cita memerdekakan Tumapel yang merupakan daerah bawahan Kadiri. Perang
antara Kerajaan Kediri dan Tumapel terjadi dekat desa Ganter.
Dalam
peperangan tersebut Ken Arok berhasil mengalahkan Kertajaya, pada masa itu
menandai berakhirnya masa kejayaan kerajaan Kediri. yang sejak saat itu kemudian
kediri menjadi bawahan Tumapel atau Singoasari. Setelah Ken Arok mengalahkan
Kertajaya, Kerajaan kediri menjadi suatu wilayah dibawah kekuasaan Singosari.
Ken Arok mengangkat Jayasabha, putra Kertajaya sebagai bupati kerajaan kediri.
Pada tahun 1258 Jayasabha digantikan oleh putranya yang bernama Sastrajaya.
Pada
tahun 1271 Sastrajaya digantikan putranya, yang bernama Jayakatwang.
Jayakatwang memberontak terhadap Kerajaan Singosari yang dipimpin oleh
Kertanegara, karena dendam masa lalu yang mana leluhurnya Kertajaya dikalahkan
oleh Ken Arok.Setelah berhasil membunuh Kertanegara, Jayakatwang membangun
kembali Kerajaan Kadiri, namun hanya bertahan selama satu tahun dikarenakan
serangan gabungan yang dilancarkan oleh pasukan Mongol dan pasukan menantu
Kertanegara, Raden Wijaya.
2.
Kerajaan Singhasari
Menurut
Pararaton,
Tumapel semula hanya sebuah daerah bawahan Kerajaan
Kadiri. Yang menjabat sebagai akuwu (setara camat)
Tumapel saat itu adalah Tunggul
Ametung. Ia mati dibunuh dengan cara tipu muslihat oleh
pengawalnya sendiri yang bernama Ken
Arok,
yang kemudian menjadi akuwu baru. Ken Arok juga yang mengawini istri Tunggul
Ametung yang bernama Ken Dedes. Ken
Arok
kemudian berniat melepaskan Tumapel dari kekuasaan Kadiri.
Pada tahun 1254
terjadi perseteruan antara Kertajaya
raja Kadiri
melawan kaum diri
dengan Ken
Arok
yang mengangkat dirinya menjadi raja pertama Tumapel bergelar Sri Rajasa
Sang Amurwabhumi. Perang melawan Kadiri
meletus di desa Ganter yang dimenangkan oleh pihak Tumapel.
Nagarakretagama
juga menyebut tahun ( bangunan kerajaan singhasari) yang sama untuk pendirian Kerajaan
Tumapel, namun tidak menyebutkan adanya nama Ken
Arok.
Dalam naskah itu, pendiri kerajaan Tumapel bernama Ranggah Rajasa Sang
Girinathaputra yang berhasil mengalahkan Kertajaya
raja Kadiri.
Prasasti Mula Malurung
atas nama Kertanagara tahun 1255,
menyebutkan kalau pendiri Kerajaan Tumapel adalah Bhatara Siwa. Mungkin
nama ini adalah gelar anumerta dari Ranggah Rajasa, karena dalam Nagarakretagama
arwah pendiri kerajaan Tumapel tersebut dipuja sebagai Siwa.
Selain itu, Pararaton juga menyebutkan
bahwa, sebelum maju perang melawan Kadiri,
Ken
Arok
lebih dulu menggunakan julukan Bhatara Siwa.
a. Sumber
Sejarah
Mengenai
sumber sejarah tentang Kerajaan Singhasari diperoleh dari cukup banyak sumber
yang beupa kitap, catatan dan prasasti. Sumber-sumber itu antara lain sebagai
berikut :
1.
Kitap
Pararaton, yang menceritakan riwayat raja-raja Singhasari.
2.
Kitap
Negarakartagama, yang memuat silsilah raja-raja Majapahit yang berhubungan erat
dengan raja-raja Singhasari.
3.
Berita
Cina yang menceritakan bahwa Kaisar Kubilai Khan mengirim pasukannya untuk
menaklukkan Singhasari.
4.
Peninggalan
berupa bangunan candi yang menjadi makan raja-raja Singhasari, seperti Candi
Kidal, Candi Jago dan Candi Singhasari.
b. Raja-raja
yang memerintah di kerajaan Singhasari adalah :
1. Ken
Arok
Setelah
menjadi raja. Ken Arok bergelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi, yang
memerintah selama lima tahun. Masa pemerintahannya berakhir tragis sebab
dibunuh oleh Anusapati, anak dari perkawinan Ken Dedes dan Tunggul Ametung.
2.
Anusapati.
Anusapati
memerintah cukup lama, tetapi hampir tidak ada perubahan yang ia lakukan selama
memerintah. Ia tenggelam dalam kegemaran menyabung ayam, yang akhirnya
mengakhiri hidup sekaligus masa pemerintahannya. Kegemaran itu dimanfaatkan
oleh Tohjaya, anak dari perkawinan Ken Arok dengan Ken Umam, untuk
menyingkirkan Anusapati. Ditengah keasikan menyabung ayam, Tohjaya menikam
Anusapati, dengan keris yang pernah digunakan Anusapati untuk membunuh Ken
Arok.
3. Tohjaya
Tohjaya
memerintah hanya beberapa bulan. Penyebabnya adalah kemelut politik.
Ranggauwuni putra Anusapati, menuntut hak atas tahta Singhasari. Ia didukung
oleh Mahisa Cempaka, cucu dari perkawinan Ken Arok dengan Ken Dedes. Semakin
kuatnya dukungan terhadap Ranggauwuni dan Mahisa Cempaka membuat kedudukan
Tohjaya dapat digulingkan.
4.
Wisnuwardhana.
Ranggauwuni
naik tahta Singhasari dengan gelar Winuwardana. Ia dibantu oleh Mahisa Cempaka
yang bergelar Narasinghamurti. Pemerintahan kedua pemimpin tersebut menbawa
Singhasari pada keamanan dan kesejahteraan.
5.
Kertanegara.
Kertanegara
merupakan raja Singhasari terbesar sekaligus terakhir. Ia adalah negarawan
ulung yang cenderung totaliter. Akibatnya sejumlah langkah pembaharuan yang
dilakukannya mengundang dukungan sekaligus kebencian.
Beberapa kebijakan Kertanegara antara lain.
Beberapa kebijakan Kertanegara antara lain.
a) Menggantikan Mahapatih Raganatha
dengan Aragani yang dilatarbelakangi oleh ketidaksetujuan Raganatha terhadap
cita-cita Kertanegara menyatukan seluruh nusantara dibawah panji Snghasari.
b) Mengirim ekspedisi militer bernama Pamalayu ke
Sumatera. Ekspedisi pada tahun 1275 M bertujuan menaklukkan kerajaan Melayu.
Selain Melayu, Kertanegara juga menaklukkan Bali, Pahang, Sunda dan Gurun.
c) Menjalin persahabatan dengan raja
Champa yang bernama Jayasinghawarman III. Tujuan menjalin persahabatan itu
adalah untuk menahan ekspansi Kubilai Khan dari Mongol.
d) Kubilai Khan beberapa kali mengirim
utusan kepada Kertanegara agar tunduk kepada Mongol. Karena kesal, Kertanegara
mengirim kembali utusan itu setelah mukanya dirusak. Tindakan itu membuat
Kubilai Khan murka. Ia kemudian mengirim tentaranya ke Jawa untuk menghancurkan
Kertanegara, Namun maksud itu tidak terpenuhi karena Singhasari telah hancur
akibat pemberontakan dari raja bawahan.
c.
Kehidupan Politik
Kerajaan
Singosari yang pernah mengalami kejayaan dalam perkembangan kerajaan hindu di
Indonesia dan bahkan menjai cikal bakal lahirnya kerajaan Majapahit. Di dalam
kitab Pararaton di ceritakan bahwa Ken Arok (raja pertama) adalah anak dewa
Brahmana yang di titiskan lewat seorang perempuan dari desa Pungkur, tubuh Ken
Arok bercahaya. Brahmana smpat menyampaikan pesan bahwa kelak bayi tersebut
akan menjadi seorang raja. Tanpa di ketahui alasannya, bayi tersebut di buang
oleh ibunya. Namun seorang pencuri yang bernama Lembong menemukan dan
menjadikannya anak angkat. Tetapi Ken Arok tumbuh menjadi anak yang nakal, suka
berkelahi, mencuri serta mengganggu orang lain. Setelah dewasa, Ken Arok pergi
mengembara hingga sampai ke gunung Kawi. Ia bertulang menjadi seorang pencuri,
perampok, pembunuh, dan pengganggu wanita.
Kejahatan yang semakin merajalela
ini membuat Ken Arok di buru oleh masyarakat dan Pasukan Kediri, akan tetapi ia
sempat meloloskan diri. Setelah itu ia bertemu dengan seorang Brahmana yang
bernama Lohgawe dan Ken Arok pun di angkat sebagai anak. Ia memproleh
pendidikan keagamaan dan ilmu pengetahuan dari Lohgawe. Lambat laun ia menjadi
seorang yang cakap, berani, dan mengagumkan. Setelah itu dia di angkat menjadi
pengawal Adipati Tumapel yaitu Tunggul Ametung yang kemudian nanti di taklukkan
Ken Arok dan menjadi cikal bakal lahirnya kerajaan Singosari seperti yang di
sebutkan di atas.
Semula Ken Arok adalah seorang
pengawal setia Tunggul Ametung dan sebagai tangan kanan Akuwu (bupati). Akan
tetapi kesetiaan ini berubah tatkala timbul keinginannya untuk memiliki
memperistri dari istri Tunggal Ametung, Ken Dedes. Ken Arok akhirnya berhasil
mewujudkan keinginannya dengan peranrtara Kebo Ijo, melalui cara membunuhnya
menggunakan keris yang di tempahnya kepada Mpu Gandring. Setelah itu Ken Arok
memperistri Ken Dedes dan menjadi Akuwu (bupati) di Tumapel.
Kerajaan Singosari juga sering di
warnai dengan antar sesamanya untuk memperebutkan kekuasaan dan berupa
penghianatan. Peristiwa keris Mpu Gandring ini kebenarannya masih belum jelas,
apakah keris ini telah membunuh beberapa orang sampai 7 orang seperti kutuka
Mpu Gandring. Setelah memerintah dengan bantuan Brahamana, Ken Arok berhasil
mengubah ketatanegaraan sesuai dengan ajaran Hundu dan mendirikan Dinasti
Garindra Wangsa yang kemudian di rubah menjadi Singosari.
d. Kehidupan
Sosial
Ketika
Ken Arok menjadi penguasa di Tumapel, ia berusaha meningkatkan kehidupan
masyarakatnya hingga mengakibatkan daerah di sekitar Tumapel banyak yang
bergabung dengan Tumapel. Keadaan seperti ini mengakibatkan kaum Brahmana
Kediri yang menentang raja Kertajaya melarikan diri ke Tumapel dan meminta
perlindungan kepada Ken Arok.Namun semua itu berubah saat Anusapati berkuasa di
Singosari, kehidupan masyarakatnya kurang mendapat perhatian. Barulah pada masa
pemerintahan
Wisnuwardana kehidupan masyarakat Singosari tertata rapi.
e.
Kehidupan Ekonomi
Mengenai
kehidupan perekonomian Singosari tidak begitu jelas diketahui. Akan tetapi
mengingat kerajaan tersebut terletak di tepi sungai Brantas (Jawa Timur),
kemungkinan masalah ekonomi tidak jauh berbeda dari kerajaan – kerajaan
terdahulunya, yaitu secara langsung maupun secara tidak langsung rakyat ikut
ambil bagian dalam dunia pelayaran. Keadaan ini juga didukung oleh hasil –
hasil bumi yang sangat besar hasilnya bagi rakyat jawa timur.Raja Kertajaya
berusaha untuk menguasai jalur perdagangandi Selat Malaka dengan kata lain,
Raja Kertanegara berusaha menarik perhatian para pedagang untuk melakukan
kegiatannya di wilayah Kerajaan Singhasari.
f. Kehidupan
Budaya
Gambaran
perkembangan kebudayaan sejak berdirinya kerajaan Singosari terlihat dari di
temukannya peninggalan berupa candi – candi dan patung yang di bangun dari
zaman kekuasaan Singosari. Diantaranya seperti candi Kidal, Jago, dan candi
Singosari. Sedangkan patung yang di temukan adalah patung Ken Dedes sebagai
dewi Prajnaparamita lambing kesempurnaan ilmu, patung Kertanegara dalam bentuk
Joko Dolok yang di temuksn dekat Surabaya dan patung Amoghapasa juga perwujudan
dari raja Kertanegara yang dikirim ke Dharmacraya ibu kota kerajaan Melayu.
Kedua perwujudan patung tersebut dapat di ketahui bahwa raja Kertanegara
beragama Budha beraliran Tantrayana (Tantriisme)
g.
Masa
Kejayaan
Kertanagara
adalah raja terakhir dan raja terbesar dalam sejarah Singhasari (1272 - 1292).
Ia adalah raja pertama yang mengalihkan wawasannya ke luar Jawa. Pada tahun
1275 ia mengirim pasukan Ekspedisi Pamalayu untuk menjadikan Sumatra sebagai
benteng pertahanan dalam menghadapi ekspansi bangsa Mongol. Saat itu penguasa
Sumatra adalah Kerajaan Dharmasraya (kelanjutan dari Kerajaan Malayu). Kerajaan
ini akhirnya dianggap telah ditundukkan, dengan dikirimkannya bukti arca
Amoghapasa yang dari Kertanagara, sebagai tanda persahabatan kedua negara.
Pada tahun 1284,
Kertanagara juga mengadakan ekspedisi menaklukkan Bali. Pada tahun 1289 Kaisar
Kubilai Khan mengirim utusan ke Singhasari meminta agar Jawa mengakui
kedaulatan Mongol. Namun permintaan itu ditolak tegas oleh Kertanagara. Nagarakretagama
menyebutkan daerah-daerah bawahan Singhasari di luar Jawa pada masa Kertanagara
antara lain, Melayu, Bali, Pahang, Gurun, dan Bakulapura. Jadi pada masa ini
yang dinyatakan sebagai masa kejayaan oleh Kerajaan Singasari
h.
Masa Keruntuhan
Singhasari runtuh akibat pemberontakan
Jayakatwang. Dalam pemberontakan tersebut, ia bersekongkol dengan Arya Wiraraja
(Banyak wide), bupati dari Sumenep. Ketika itu kekuatan militer dalam
Singhasari lemah akibat terlalu banyak pasukan dilibatkan dalam ekspedisi
Sumatera,
Bali dan daerah lain. Kekuatan militer Singhasari semakin lemah dengan
pengkhianatan salah seorang panglimanya yakni Ardaraja putra Jayakatwang
sendiri. Kesempatan itu digunakan oleh Jayakatwang untuk menhancurkan
Singhasari. Serangan pasukan Kediri tidak terbendung lagi. Kertanegara gugur
dalam serangan itu. salah seorang panglima Singhasari, yakni Raden Wijaya
berhasil menyelamatkan diri bersama Ranggalawe, Sora dan Nambi. Mereka
melarikan diri ke Kudadu, pada tahun 1292 M dan berakhirlah kerajaan
Singhasari.
3. Kerajaan
Majapahit
Pada
saat terjadi serangan Jayakatwang, Raden Wijaya bertugas menghadang bagian
utara, ternyata serangan yang lebih besar justru dilancarkan dari selatan. Maka
ketika Raden Wijaya kembali ke Istana, ia melihat Istana Kerajaan Singasari
hampir habis dilalap api dan mendengar Kertanegara telah terbunuh bersama
pembesar-pembesar lainnya. Akhirnya ia melarikan diri bersama sisa-sisa
tentaranya yang masih setia dan dibantu penduduk desa Kugagu. Setelah merasa
aman ia pergi ke Madura meminta perlindungan dari Aryawiraraja. Berkat
bantuannya ia berhasil menduduki tahta, dengan menghadiahkan daerah tarik
kepada Raden Wijaya sebagai daerah kekuasaannya.
Ketika
tentara Mongol datang ke Jawa dengan dipimpin Shih-Pi, Ike-Mise, dan Kau Hsing
dengan tujuan menghukum Kertanegara, maka Raden Wijaya memanfaatkan situasi itu
untuk bekerja sama menyerang Jayakatwang. Setelah Jayakatwang terbunuh, tentara
Mongol berpesta pora merayakan kemenanganya. Kesempatan itu pula dimanfaatkan
oleh Raden Wijaya untuk berbalik melawan tentara Mongol, sehingga tentara
Mongol terusir dari Jawa dan pulang ke negrinya. Maka tahun 1293 Raden Wijaya
naik tahta dan bergelar Sri Kertajasa Jayawardhana.
a. Sumber sejarah Kerajaaan Majapahit
Sumber sejarah mengenai berdiri dan
berkembangnya kerajaan Majapahit berasal dari berbagai sumber yakni :
1) Prasasti
Butok (1244 tahun).
Prasasti ini dikeluarkan oleh Raden Wijaya setelah ia berhasil naik tahta
kerajaan. Prasasti ini memuat peristiwa keruntuhan kerajaan Singasari dan
perjuangan Raden Wijaya untuk mendirikan kerajaan
2) Kidung
Harsawijaya dan Kidung Panji Wijayakrama, kedua kidung ini menceritakan Raden Wijaya ketika
menghadapi musuh dari kediri dan tahun-tahun awal perkembangan Majapahit
3) Kitab
Pararaton,
menceritakan tentang pemerintahan raja-raja Singasari dan Majapahit
4) Kitab
Negarakertagama,
menceritakan tentang perjalanan Rajam Hayam Wuruk ke Jawa Timur.
b. Kebudayaan Kerajaan Majapahit
Gapura Bajang Ratu,
gerbang masuk salah satu kompleks bangunan penting di ibu kota Majapahit.
Bangunan ini masih tegak berdiri di Trowulan.
"Dari semua bangunan, tidak ada tiang yang luput dari ukiran halus dan
warna indah" [Dalam lingkungan dikelilingi tembok] "terdapat pendopo
anggun beratap ijuk, indah bagai pemandangan dalam lukisan... Kelopak bunga katangga
gugur tertiup angin dan bertaburan di atas atap. Atap itu bagaikan rambut gadis
yang berhiaskan bunga, menyenangkan hati siapa saja yang memandangnya
Nagarakretagama
menyebutkan budaya keraton yang adiluhung dan anggun, dengan cita rasa seni dan
sastra yang halus, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Peristiwa utama
dalam kalender tata negara digelar tiap hari pertama bulan Caitra (Maret-April)
ketika semua utusan dari semua wilayah taklukan Majapahit datang ke istana
untuk membayar upeti
atau pajak.
Kawasan Majapahit secara sederhana terbagi dalam tiga jenis: keraton termasuk
kawasan ibu kota dan sekitarnya; wilayah-wilayah di Jawa Timur dan Bali yang
secara langsung dikepalai oleh pejabat yang ditunjuk langsung oleh raja; serta
wilayah-wilayah taklukan di kepulauan Nusantara yang menikmati otonomi
luas.
Ibu
kota Majapahit di Trowulan
merupakan kota besar dan terkenal dengan perayaan besar keagamaan yang
diselenggarakan setiap tahun. Agama
Buddha, Siwa,
dan Waisnawa
(pemuja Wisnu)
dipeluk oleh penduduk Majapahit, dan raja dianggap sekaligus titisan Buddha,
Siwa, maupun Wisnu. Nagarakertagama sama sekali tidak menyinggung tentang Islam,
akan tetapi sangat mungkin terdapat beberapa pegawai atau abdi istana muslim
saat itu.Walaupun batu bata telah digunakan dalam candi
pada masa sebelumnya, arsitek Majapahitlah yang paling ahli menggunakannya.
Candi-candi
Majapahit berkualitas baik secara geometris dengan memanfaatkan getah tumbuhan
merambat dan gula
merah sebagai perekat batu bata. Contoh candi Majapahit
yang masih dapat ditemui sekarang adalah Candi
Tikus dan Gapura Bajang Ratu
di Trowulan, Mojokerto. Beberapa elemen arsitektur berasal dari masa Majapahit,
antara lain gerbang terbelah candi
bentar, gapura paduraksa
(kori agung) beratap tinggi, dan pendopo
berdasar struktur bata. Gaya bangunan seperti ini masih dapat ditemukan dalam
arsitektur Jawa dan Bali.
c. Ekonomi
Majapahit merupakan negara agraris
dan sekaligus negara perdagangan. Pajak dan denda
dibayarkan dalam uang tunai. Ekonomi Jawa telah sebagian mengenal mata uang
sejak abad ke-8 pada masa kerajaan Medang
yang menggunakan butiran dan keping uang emas dan perak. Sekitar tahun 1300,
pada masa pemerintahan raja pertama Majapahit, sebuah perubahan moneter penting
terjadi: (koin
kerajaan majapahit ) keping
uang dalam negeri diganti dengan uang "kepeng" yaitu keping uang
tembaga impor dari China. Pada November 2008 sekitar 10.388 keping koin China
kuno seberat sekitar 40 kilogram digali dari halaman belakang seorang penduduk
di Sidoarjo.
Badan
Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur memastikan bahwa koin
tersebut berasal dari era Majapahit. Alasan penggunaan uang logam atau koin
asing ini tidak disebutkan dalam catatan sejarah, akan tetapi kebanyakan ahli
menduga bahwa dengan semakin kompleksnya ekonomi Jawa, maka diperlukan uang
pecahan kecil atau uang receh dalam sistem mata
uang
Majapahit agar dapat digunakan dalam aktivitas ekonomi sehari-hari di pasar
Majapahit. Peran ini tidak cocok dan tidak dapat dipenuhi oleh uang emas dan
perak yang mahal.
Kemakmuran
Majapahit diduga karena dua faktor. Faktor pertama; lembah sungai Brantas
dan Bengawan Solo
di dataran rendah Jawa Timur utara sangat cocok
untuk pertanian padi.
Pada masa jayanya Majapahit membangun berbagai infrastruktur irigasi, sebagian
dengan dukungan pemerintah. Faktor kedua; pelabuhan-pelabuhan Majapahit di
pantai utara Jawa mungkin sekali berperan penting sebagai pelabuhan pangkalan
untuk mendapatkan komoditas rempah-rempah
Maluku.
Pajak yang dikenakan pada komoditas rempah-rempah yang melewati Jawa merupakan
sumber pemasukan penting bagi Majapahit.
Nagarakretagama
menyebutkan bahwa kemashuran penguasa Wilwatikta telah menarik banyak pedagang
asing, di antaranya pedagang dari India,
Khmer,
Siam,
dan China.
Pajak khusus dikenakan pada orang asing terutama yang menetap semi-permanen di
Jawa dan melakukan pekerjaan selain perdagangan internasional. Majapahit
memiliki pejabat sendiri untuk mengurusi pedagang dari India
dan Tiongkok
yang menetap di ibu kota kerajaan maupun berbagai tempat lain di wilayah
Majapahit di Jawa.
d.
Kehidupan
Politk
Majapahit selalu menjalankan politik bertetangga yang baik dengan kerajaan asing, seperti Kerajaan Cina, Ayodya (Siam), Champa dan Kamboja. Hal itu terbukti sekitar tahun 1370 – 1381, Majapahit telah beberapa kali mengirim utusan persahabatan ke Cina. Hal itu diketahui dari berita kronik Cina dari Dinasti Ming.
Majapahit selalu menjalankan politik bertetangga yang baik dengan kerajaan asing, seperti Kerajaan Cina, Ayodya (Siam), Champa dan Kamboja. Hal itu terbukti sekitar tahun 1370 – 1381, Majapahit telah beberapa kali mengirim utusan persahabatan ke Cina. Hal itu diketahui dari berita kronik Cina dari Dinasti Ming.
Raja
kerajaan Majapahit sebagai negarawan ulung juga sebagai politikus-politikus
yang handal. Hal ini dibuktikan oleh Raden Wiajaya, Hayam Wuruk, dan Maha Patih
Gajahmada dalam usahanya mewujudkan kerajaan besar, tangguh dan berwibawa.
Struktur pemerintahan di pusat pemerintahan Majapahit :
1. Raja
2. Yuaraja atau Kumaraja (Raja Muda)
3. Rakryan Mahamantri Katrini.
Disamping
raja-raja daerah adapula pejabat-pejabat sipil maupun militer. Dari susunan
pemerintahannya kita dapat melihat bahwa sistem pemerintahan dan kehidupan
politik kerjaan Majapahit sudah sangat teratur.
e.
Raja-Raja yang Pernah Memerintah
MAJAPAHIT
1) Kertajasa Jawardhana (1293 – 1309)
Merupakan pendiri kerajaan Majapahit,
pada masa pemerintahannya, Raden Wijaya dibantu oleh mereka yang turut berjasa
dalam merintis berdirinya Kerajaan Majapahit, Aryawiraraja yang sangat besar
jasanya diberi kekuasaan atas sebelah Timur meliputi daerah Lumajang,
Blambangan. Raden Wijaya memerintah dengan sangat baik dan bijaksana. Susunan
pemerintahannya tidak berbeda dengan susunan pemerintahan Kerajaan Singasari.
2)
Raja
Jayanegara (1309-1328)
Kala Gemet naik tahta menggantikan
ayahnya dengan gelar Sri Jayanegara. Pada Masa pemerintahannnya ditandai dengan
pemberontakan-pemberontakan. Misalnya pemberontakan Ranggalawe 1231 saka,
pemberontakan Lembu Sora 1233 saka, pemberontakan Juru Demung 1235 saka,
pemberontakan Gajah Biru 1236 saka, Pemberontakan Nambi, Lasem, Semi, Kuti
dengan peristiwa Bandaderga. Pemberontakan Kuti adalah pemberontakan yang
berbahaya, hampir meruntuhkan Kerajaan Majapahit. Namun semua itu dapat
diatasi. Raja Jayanegara dibunuh oleh tabibnya sendiri yang bernama Tanca.
Tanca akhirnya dibunuh pula oleh Gajah Mada.
3) zTribuwana
Tunggadewi (1328 – 1350)
Raja Jayanegara meninggal tanpa
meninggalkan seorang putrapun, oleh karena itu yang seharusnya menjadi raja
adalah Gayatri, tetapi karena ia telah menjadi seorang Bhiksu maka digantikan
oleh putrinya Bhre Kahuripan dengan gelar Tribuwana Tunggadewi, yang dibantu
oleh suaminya yang bernama Kartawardhana. Pada tahun 1331 timbul pemberontakan
yang dilakukan oleh daerah Sadeng dan Keta (Besuki). Pemberontakan ini berhasil
ditumpas oleh Gajah Mada yang pada saat itu menjabat Patih Daha. Atas jasanya
ini Gajah Mada diangkat sebagai Mahapatih Kerajaan Majapahit menggantikan Pu
Naga. Gajah Mada kemudian berusaha menunjukkan kesetiaannya, ia bercita-cita
menyatukan wilayah Nusantara yang dibantu oleh Mpu Nala dan Adityawarman. Pada
tahun 1339, Gajah Mada bersumpah tidak makan Palapa sebelum wilayah Nusantara
bersatu. Sumpahnya itu dikenal dengan Sumpah Palapa, adapun isi dari amukti
palapa adalah sebagai berikut :”Lamun luwas kalah nusantara isum amakti palapa,
lamun kalah ring Gurun, ring Seram, ring Sunda, ring Palembang, ring Tumasik, samana
sun amukti palapa”. Kemudian Gajah Mada melakukan penaklukan-penaklukan.
4) Hayam
Wuruk
Hayam Wuruk naik tahta pada usia yang
sangat muda yaitu 16 tahun dan bergelar Rajasanegara. Di masa pemerintahan
Hayam Wuruk yang didampingi oleh Mahapatih Gajah Mada, Majapahit mencapai
keemasannya. Dari Kitab Negerakertagama dapat diketahui bahwa daerah kekuasaan
pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, hampir sama luasnya dengan wilayah
Indonesia yang sekarang, bahkan pengaruh kerajaan Majapahit sampai ke
negara-negara tettangga. Satu-satunya daerah yang tidak tunduk kepada
kekuasaaan Majapahit adalah kerajaan Sunda yang saat itu dibawah kekuasaan Sri
baduga Maharaja. Hayam Wuruk bermaksud mengambil putri Sunda untuk dijadikan
permaisurinya. Setelah putri Sunda (Diah Pitaloka) serta ayahnya Sri Baduga
Maharaja bersama para pembesar Sunda berada di Bubat, Gajah Mada melakukan tipu
muslihat, Gajah Mada tidak mau perkawinan Hayam Wuruk dengan putri Sunda
dilangsungkan begitu saja. Ia menghendaki agar putri Sunda dipersembahkan
kepada Majapahit (sebagai upeti). Maka terjadilah perselisihan paham dan
akhirnya terjadinya perang Bubat. Banyak korban dikedua belah pihak, Sri Baduga
gugur, putri Sunda bunuh diri.
Tahun 1364 Gajah Mada meninggal,
Kerajaan Majapahit kehilangan seorang mahapatih yang tak ada duanya. Untuk
memilih penggantinya bukan suatu pekerjaan yang mudah. Dewan Saptaprabu yang
sudah beberapa kali mengadakan sidang untuk memilih pengganti Gajah Mada
akhirnya memutuskan bahwa Patih Hamungkubhumi Gajah Mada tidak akan diganti
“untuk mengisi kekosongan dalam pelaksanaan pemerintahan diangkat Mpu Tandi
sebagais Wridhamantri, Mpu Nala sebagai menteri Amancanegara dan patih dami
sebagai Yuamentri. Raja Hayam Wuruk meninggal pada tahun 1389.
5) Wikramawardhana
Putri mahkota Kusumawardhani yang naik tahta menggantikan ayahnya bersuamikan Wikramawardhana. Dalam prakteknya Wikramawardhanalah yang menjalankan roda pemerintahan. Sedangkan Bhre Wirabhumi anak Hayam Wuruk dari selir, karena Bhre Wirabhumi (Putri Hayam Wuruk) dari selir maka ia tidak berhak menduduki tahta kerajaan walaupun demikian ia masih diberi kekuasaan untuk memerintah di Bagian Timur Majapahit , yaitu daerah Blambangan. Perebutan kekuasaan antara Wikramawardhana dengan Bhre Wirabhumi disebut perang Paregreg. Wikramawardhana meninggal tahun 1429, pemerintahan raja-raja berikutnya berturut-turut adalah Suhita, Kertawijaya, Rajasa Wardhana, Purwawisesa dan Brawijaya V, yang tidak luput ditandai perebutan kekuasaan.
Putri mahkota Kusumawardhani yang naik tahta menggantikan ayahnya bersuamikan Wikramawardhana. Dalam prakteknya Wikramawardhanalah yang menjalankan roda pemerintahan. Sedangkan Bhre Wirabhumi anak Hayam Wuruk dari selir, karena Bhre Wirabhumi (Putri Hayam Wuruk) dari selir maka ia tidak berhak menduduki tahta kerajaan walaupun demikian ia masih diberi kekuasaan untuk memerintah di Bagian Timur Majapahit , yaitu daerah Blambangan. Perebutan kekuasaan antara Wikramawardhana dengan Bhre Wirabhumi disebut perang Paregreg. Wikramawardhana meninggal tahun 1429, pemerintahan raja-raja berikutnya berturut-turut adalah Suhita, Kertawijaya, Rajasa Wardhana, Purwawisesa dan Brawijaya V, yang tidak luput ditandai perebutan kekuasaan.
f. Kejayaan Majapahit
Batasan
alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan tersebut tampaknya
tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi terhubungkan satu
sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja. Majapahit
juga memiliki hubungan dengan Campa,
Kamboja,
Siam,
Birma
bagian selatan, dan Vietnam,
dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.
Selain melancarkan serangan dan ekspedisi militer, Majapahit juga menempuh
jalan diplomasi dan menjalin persekutuan. Kemungkinan karena didorong alasan
politik, Hayam Wuruk berhasrat mempersunting Citraresmi
(Pitaloka), putri Kerajaan Sunda
sebagai permaisurinya. Pihak Sunda
menganggap lamaran ini sebagai perjanjian persekutuan.
Pada
1357 rombongan raja Sunda beserta keluarga dan pengawalnya bertolak ke
Majapahit mengantarkan sang putri untuk dinikahkan dengan Hayam Wuruk. Akan
tetapi Gajah Mada melihat hal ini
sebagai peluang untuk memaksa kerajaan Sunda takluk di bawah Majapahit.
Pertarungan antara keluarga kerajaan Sunda dengan tentara Majapahit di lapangan
Bubat tidak terelakkan. Meski dengan gagah berani memberikan perlawanan,
keluarga kerajaan Sunda kewalahan dan akhirnya dikalahkan. Hampir seluruh
rombongan keluarga kerajaan Sunda dapat dibinasakan secara kejam. Tradisi
menyebutkan bahwa sang putri yang kecewa, dengan hati remuk redam melakukan
"bela pati", bunuh diri untuk membela
kehormatan negaranya. Kisah Pasunda
Bubat menjadi tema utama dalam naskah Kidung
Sunda yang disusun pada zaman kemudian di Bali dan juga
naskah Carita Parahiyangan.
Kisah ini disinggung dalam Pararaton
tetapi sama sekali tidak disebutkan dalam Nagarakretagama.
Kakawin Nagarakretagama
yang disusun pada tahun 1365 menyebutkan budaya keraton
yang adiluhung, anggun, dan canggih, dengan cita rasa seni dan sastra yang
halus dan tinggi, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Sang pujangga
menggambarkan Majapahit sebagai pusat mandala
raksasa yang membentang dari Sumatera
ke Papua,
mencakup Semenanjung Malaya
dan Maluku.
Tradisi lokal di berbagai daerah di Nusantara masih mencatat kisah legenda
mengenai kekuasaan Majapahit. Administrasi pemerintahan langsung oleh kerajaan
Majapahit hanya mencakup wilayah Jawa
Timur dan Bali,
di luar daerah itu hanya semacam pemerintahan otonomi luas, pembayaran upeti
berkala, dan pengakuan kedaulatan Majapahit atas mereka. Akan tetapi segala
pemberontakan atau tantangan bagi ketuanan Majapahit atas daerah itu dapat
mengundang reaksi keras.
Pada
tahun 1377, beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan
serangan laut untuk menumpas pemberontakan di Palembang.
Meskipun penguasa Majapahit memperluas kekuasaannya pada berbagai pulau dan
kadang-kadang menyerang kerajaan tetangga, perhatian utama Majapahit nampaknya
adalah mendapatkan porsi terbesar dan mengendalikan perdagangan di kepulauan
Nusantara. Pada saat inilah pedagang muslim
dan penyebar agama Islam mulai memasuki kawasan ini.
g. Jatuhnya Majapahit
Pasukan Majapahit, sesudah mencapai
puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit
berangsur-angsur melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389,
Majapahit memasuki masa kemunduran akibat konflik perebutan takhta. Pewaris
Hayam Wuruk adalah putri mahkota Kusumawardhani, (sketsa
rakyat majapahit) yang menikahi sepupunya sendiri,
pangeran Wikramawardhana.
Hayam Wuruk juga memiliki seorang putra dari selirnya Wirabhumi
yang juga menuntut haknya atas takhta. Perang saudara yang disebut Perang
Paregreg diperkirakan terjadi pada tahun 1405-1406, antara
Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Perang ini akhirnya dimenangi
Wikramawardhana, semetara Wirabhumi ditangkap dan kemudian dipancung.
Tampaknya
perang saudara ini melemahkan kendali Majapahit atas daerah-daerah taklukannya
di seberang. Pada kurun pemerintahan Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi
laut Dinasti Ming yang dipimpin oleh
laksamana Cheng Ho, seorang jenderal
muslim China, tiba di Jawa beberapa kali antara kurun waktu 1405 sampai 1433.
Sejak tahun 1430 ekspedisi Cheng Ho ini telah menciptakan komunitas muslim
China dan Arab di beberapa kota pelabuhan pantai utara Jawa, seperti di Semarang,
Demak,
Tuban,
dan Ampel;
maka Islam pun mulai memiliki pijakan di pantai utara Jawa.
Wikramawardhana
memerintah hingga tahun 1426, dan diteruskan oleh putrinya, Ratu Suhita,
yang memerintah pada tahun 1426 sampai 1447. Ia adalah putri kedua
Wikramawardhana dari seorang selir yang juga putri kedua Wirabhumi. Pada 1447,
Suhita mangkat dan pemerintahan dilanjutkan oleh Kertawijaya,
adik laki-lakinya. Ia memerintah hingga tahun 1451. Setelah Kertawijaya wafat, Bhre
Pamotan menjadi raja dengan gelar Rajasawardhana dan
memerintah di Kahuripan. Ia wafat pada tahun 1453 AD. Terjadi jeda waktu tiga
tahun tanpa raja akibat krisis pewarisan takhta. Girisawardhana,
putra Kertawijaya, naik takhta pada 1456. Ia kemudian wafat pada 1466 dan
digantikan oleh Singhawikramawardhana. Pada 1468 pangeran Kertabhumi
memberontak terhadap Singhawikramawardhana dan mengangkat dirinya sebagai raja
Majapahit.
Ketika
Majapahit didirikan, pedagang Muslim
dan para penyebar agama sudah mulai memasuki Nusantara.
Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh
Nusantara mulai berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan
baru yang berdasarkan Islam,
yaitu Kesultanan Malaka,
mulai muncul di bagian barat Nusantara. Di bagian barat kemaharajaan yang mulai
runtuh ini, Majapahit tak kuasa lagi membendung kebangkitan Kesultanan
Malaka yang pada pertengahan abad ke-15 mulai menguasai Selat
Malaka dan melebarkan kekuasaannya ke Sumatera. Sementara
itu beberapa jajahan dan daerah taklukan Majapahit di daerah lainnya di
Nusantara, satu per satu mulai melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit.
Soal latihan
1. Pada
Kerajaan Medang Kamulan, Raja Airlangga membagi wilayah Kerajaan menjadi dua
bagian yaitu Kerajaan Kediri dengan ibu kota daha dan Kerajaan Jenggala dengan
ibu kota Kahuripan yang bertujuan .....
a.
Untuk menghindari terjadinya perang saudara
b. Agar
kerajaan tersusun
c. Taktik
dalam perang
d. Taktik
meluaskan wilayah kerajaan
e. Hanya
karena keinginannya saja
2. Prasasti
dari Raja Gandra yang memuat tentang sejumlah nama – nama hewan seperti kebo
waruga dan tikus janata adalah ....
a. Prasasti
Sirah Keting
b. Prasasti
Ngantang
c.
Prasasti Jaring
d. Prasasti
Kamulan
e. Prasasti
Kediri
3. Penyabab
runtuhnya Kerajaan Kediri adalah .....
a. Mengurangi
hak – hak Brahmana
b. Kaum
Brahmana melarikab diri
c. Terjadinya
pertempuran anta kaum Brahmana dan Kerajaan Kediri
d.
A,b,c benar
e. Tidak
ada jawaban yang benar
4. Melakukan
Ekspedisi Pamalayu dalam politik luar
negeri oleh kerajaan singhasari tersebut bertujuan agar ....
a. Menjalin
persahabatan dengan Kerajaan Sriwijaya
b. Dalam
rangka bisnis
c. Agar
bisa saling tukar kebudayaan
d. Pertukaran
prajurit
e.
Untuk menguasai Kerajaan Melayu serta melemahkan posisi
Kerajaan Sriwijaya di Selat Malaka
5. Salah
satu cara Raja Kertanegara ( kerajaan Singhasari ) demi kemajuan
perekonomiannya adalah...
a. Turun
langsung untuk berdagang
b. Menjual
seluruh hasil panen kerajaan
c. Membagi
wilayah kerajaan
d.
Menarik perhatian para pedagang untuk melakukan kegiatan
perdagangan untuk melakukan kegiatannya di wilayah kerajaan
e. Mengajak
para pedagang bermain dan menjamu para pedagang ke wilayah kerajaan dengan
sangat baik
6. Kejayaan
Kerajaan Singhasari dapat tercapai pada masa pemerintahan .....
a. Raja
ken arok
b. Raja
Tohjaya
c.
Raja Kertanegara
d. Raja
anusapati
e. Raja
Gajah Mada
7. Yang
dimaksut dari perang praregreg adalah ....
a. Perang
kerajaan
b. Perang
prajurit
c. Perang
keluarga
d.
Perang saudara
e. Perang
persahabatan
8.
Majapahit mencapai puncak kejayaan pada masa
pemerintahan raja ….
a. Kertanegara
b. Raden
wijaya
c. Jayawardhana
d.
Hayam wuruk
e. Tribuwanatunggadewi
9. Kitab Sutasoma dikarang oleh seorang pujangga
Kerajaan majapahit yang bernama ….
a.
Mpu tantular
b.
Mpu sedah
c.
Mpu prapanca
d.
Mpu panuluh
e.
Mpu dharma
10. Majapahit merupakan kerajaan yang
mengandalkan sektor ekonomi ...
a.
Maritim
b.
Agraris
c.
Nelayan
d.
Perternakan
e.
Industri