Titik Handayani


ARTIKEL SEJARAH
( Kerajaan Kediri, Kerajaan singhasari ,Kerajaan Majapahit )




Disusun oleh : Titik Handayani
SMAN TITIAN TERAS H.A.S JAMBI
TAHUN AJARAN 2013/2014




1.     Kerajaan kediri
            Kerajaan Kediri atau Kerajaan Panjalu adalah merupakan sebuah kerajaan besar yang terletak di daerah Jawa Timur yang berdiri pada abad ke-12 yang terdapat di Jawa Timur antara tahun 1042-1222. Kerajaan ini berpusat di kota Daha, yang terletak di sekitar Kota Kediri sekarang. Kerajaan ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno. Pusat kerajaanya terletak di tepi Sungai Brantas yang pada masa itu telah menjadi jalur pelayaran yang ramai. Atau bisa disebut sebagai lalu linntas transportasi terfavorite di zaman terebut.
a.      Berdirinya Kerajaan Kediri
            Penemuan Situs Tondowongso pada awal tahun 2007, yang diyakini sebagai peninggalan Kerajaan Kediri diharapkan dapat membantu memberikan lebih banyak informasi tentang kerajaan tersebut. Beberapa arca kuno peninggalan Kerajaan Kediri. Arca yang ditemukan di desa Gayam, Kediri itu tergolong langka karena untuk pertama kalinya ditemukan patung Dewa   ( bentuk bangunan kerajaan kediri)   Syiwa Catur Muka atau bermuka empat. Pada tahun 1041 atau 963 M Raja Airlangga memerintahkan membagi kerajaan menjadi dua bagian.
            Pembagian kerajaan tersebut dilakukan oleh seorang Brahmana yang terkenal akan kesaktiannya yaitu Mpu Bharada. Kedua kerajaan tersebut dikenal dengan Kahuripan menjadi Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) yang dibatasi oleh gunung Kawi dan sungai Brantas dikisahkan dalam prasasti Mahaksubya (1289 M), kitab Negarakertagama (1365 M), dan kitab Calon Arang (1540 M). Tujuan pembagian kerajaan menjadi dua agar tidak terjadi pertikaian.Kerajaan Jenggala meliputi daerah Malang dan delta sungai Brantas dengan pelabuhannya Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, ibu kotanya Kahuripan, sedangkan Panjalu kemudian dikenal dengan nama Kediri meliputi Kediri, Madiun, dan ibu kotanya Daha.
            Berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan masing-masing kerajaan saling merasa berhak atas seluruh tahta Airlangga sehingga terjadilah peperangan. Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membelah wilayah kerajaannya karena kedua putranya bersaing memperebutkan takhta. Putra yang bernama Sri Samarawijaya mendapatkan kerajaan barat bernama Panjalu yang berpusat di kota baru, yaitu Daha. Sedangkan putra yang bernama Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan timur bernama Janggala yang berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan. Panjalu dapat dikuasai Jenggala dan diabadikanlah nama Raja Mapanji Garasakan (1042 – 1052 M) dalam prasasti Malenga. Ia tetap memakai lambang Kerajaan Airlangga, yaitu Garuda Mukha.
            Pada awalnya perang saudara tersebut, dimenangkan oleh Jenggala tetapi pada perkembangan selanjutnya Panjalu/Kediri yang memenangkan peperangan dan menguasai seluruh tahta Airlangga. Dengan demikian di Jawa Timur berdirilah kerajaan Kediri dimana bukti-bukti yang menjelaskan kerajaan tersebut, selain ditemukannya prasasti-prasasti juga melalui kitab-kitab sastra. Dan yang banyak menjelaskan tentang kerajaan Kediri adalah hasil karya berupa kitab sastra. Hasil karya sastra tersebut adalah kitab Kakawin Bharatayudha yang ditulis Mpu Sedah dan Mpu Panuluh yang menceritakan tentang kemenangan Kediri/Panjalu atas Jenggala.
b.      Perkembangan kerajaan kediri
           Pada awal masa perkembangannya Kerajaan Kediri yang beribukota di Daha tidaklah banyak diketahui orang. Prasasti Turun Hyang II (1044) yang diterbitkan oleh Kerajaan Janggala hanya memberitakan adanya perang saudara antara kedua kerajaan sepeninggal Airlangga. Sejarah Kerajaan Panjalu mulai diketahui oleh adanya prasasti Sirah Keting tahun 1104 atas nama Sri Jayawarsa. Raja-raja sebelum Sri Jayawarsa hanya Sri Samarawijaya yang sudah diketahui, sedangkan urutan raja-raja sesudah Sri Jayawarsa sudah dapat diketahui dengan jelas berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan.Kerajaan Panjalu di bawah pemerintahan Sri Jayabaya berhasil menaklukkan Kerajaan Janggala dengan semboyannya yang terkenal dalam prasasti Ngantang (1135), yaitu Panjalu Jayati, atau Panjalu Menang.Pada masa pemerintahan Sri Jayabayalah akhirnya Kerajaan Kediri baru mengalami masa kejayaannya.
            Wilayah kerajaan ini mencakup seluruh Jawa dan beberapa pulau di Nusantara, bahkan juga sampai mengalahkan pengaruh Kerajaan Sriwijaya di Sumatra.
Hal ini diperkuat kronik Cina berjudul Ling wai tai ta karya Chou Ku-fei tahun 1178, bahwa pada masa itu negeri paling kaya selain Cina secara berurutan adalah Arab, Jawa, dan Sumatra. Pada Saat itu yang berkuasa di Arab adalah Bani Abbasiyah, di Jawa ada Kerajaan Panjalu, sedangkan di Sumatra dikuasai oleh Kerajaan Sriwijaya. Penemuan Situs Tondowongso pada awal tahun 2007 yang diyakini sebagai peninggalan Kerajaa. Kediri diharapkan dapat membantu memberikan lebih banyak informasi mengenai kerajaan tersebut.
c.      Sumber Sejarah Kediri

1)      Prasasti banjaran 1052, tentang kemenangan atas jenggala.
2)      Prasasti sirah keting 1140, tentang pemberian hadiah tanah kepada rakyat desa oleh    Jayawarsa.
3)      Prasasti ngantang 1135, tentang Jayabaya memberikan rakyat nganteng tanah bebas pajak.
4)      Kitab Pararaton menceritakan tentang raja raja Singasari. b. Kitab Negarakertagama berisi silsilah raja majapahit yang memiliki hubungan erat dengan raja Singasari.
5)      Berita dari Cina menyatakan bahwa Kubilai Khan (kaisar Cina) mengirim pasukannya untuk menyerang Kertanegara, raja Singosari.
6)      Candi-candi seperti Kidal, Jago, Singasari, dll

d.      Raja-Raja yang Pernah Memerintah Kediri   
1.      Shri Jayawarsa Digjaya Shastraprabhu
     Jayawarsa merupakan raja pertama yang memerintah kerajaan Kediri dengan prasasti sirah keting yang berangka tahun 1104. Pada masa pemerintahannya, raja jayawarsa memberikan hadiah kepada rakyat desa sebagai tanda penghargaan , karena rakyat desa telah berjasa kepada rakyat. Dari prasati itu diketahui bahwa jayawarsa sangat besar perhatiannya kepada rakyatnya dan berupaya meninggkatkan ksejahteraan rakyatnya. Ia menamakan dirinya sebagai titisan Wisnu.
2.      Kameshwara
     Kameshwara merupakan raja ke-dua kerajaan Kediri yang bergelar Sri Maharajarake Sirikan Shri Kameshwara Sakalabhuwanatushtikarana Sarwwaniwaryyawiryya Parakrama Digjayottunggadewa (1115 – 1130). Lancana kerajaanya adalah tengkorak yang bertaring disebut Candrakapala. Selama masa pemerintahannya Mpu Darmaja telah mengubah kitab samaradana. Dalam kitab ini sang raja di puji–puji sebagai titisan dewa Kama, dan ibukotanya yang keindahannya dikagumi oleh seluruh dunia bernama Dahana. Permaisurinya bernama Shri Kirana, yang berasal dari Janggala.
3.      Jayabaya
     Jayabaya merupakan raja kediri ketiga yang digelari Sri Maharaja Sri Kroncarryadipa Handabhuwanapalaka Parakramanindita Digjayotunggadewanama Shri Gandra. Raja Kediri paling tersohor adalah Prabu Jayabaya. Dibawah pemerintahannya Kediri berhasil mencapai kejayaan. Keahlian sebagai pemimpin politik yang ulung Jayabaya termasyur dengan ramalan-ramalannya. Ramalan–ramalan itu dikumpulkan dalam satu kitab yang berjudul jongko Joyoboyo. Dukungan spiritual dan material dari Prabu Jayabaya dan hal budaya dan kesusastraan tidak tanggung–tanggung. Sikap merakyat dan visinya yang jauh kedepan telah menjadikan prabu Jayabaya layak untuk dikenang.
4.      Prabu Sarwaswera
     Prabu Sarwaswera dikenal sebagai raja yang taatberagama dan berbudaya. Prabu Sarwaswera memegang teguh prinsip tat wam asi yang artinya Dikaulah itu, dikaulah (semua) itu, semua makhluk adalah engkau. Tujuan hidup manusia menurut prabu Sarwaswera yang terakhir adalah mooksa, yaitu pemanunggalan jiwatma dengan paramatma. Jalan yang benar adalah sesuatu yang menuju kearah kesatuan, segala sesuatu yang menghalangi kesatuan adalah tidak benar.
5.      Prabu Kroncharyadipa
     Namanya yang memiliki arti benteng kebenaran, sang prabu memang senantiasa berbuat adil pada masyarakatnya. Sebagai pemeluk agama yang taat mengendalikan diri dari pemerintahannya dengan prinsip sad kama murka, yaitu enam macam musuh dalam diri manusia. Keenam itu antara lain kroda (marah), moha (kebingungan), kama (hawa nafsu), loba (rakus), mada (mabuk), masarya (iri hati).
6) Srengga Kertajaya
    
     Srengga Kertajaya dikenal sebagai seorang prabu yang tak henti-hentinya bekerja keras demi bangsa dan negaranya. Masyarakat yang aman dan tentram sangat diharapkan olehnya. Prinsip kesucian prabu Srengga menurut para dalang wayang dilukiskan oleh prapanca. Kertajaya merupakan raja terakhir pada masa Kerajaan Kediri. Kertajaya adalah raja yang mulia serta sangat peduli dengan rakyatnya. Kertajaya dikenal dengan catur marganya yang memiliki arti empat jalan yaitu darma, arta, kama, moksa.

e.      Perkembangan Politik Kerajaan Kediri
            Mapanji Garasakan memerintah Kediri tidaklah lama. Ia kemudian digantikan oleh Raja Mapanji Alanjung (1052 – 1059 M). Mapanji Alanjung kemudian diganti lagi oleh Sri Maharaja Samarotsaha. Pertempuran yang terus menerus antara Jenggala dan Panjalu menyebabkan selama 60 tahun tidak ada berita yang jelas mengenai kedua kerajaan tersebut hingga munculnya nama Raja Bameswara (1116 – 1135 M) dari Kediri. Pada masa itu ibu kota Panjalu telah dipindahkan dari Daha ke Kediri sehingga kerajaan ini lebih dikenal dengan nama Kerajaan Kediri. Raja Bameswara menggunakan lencana kerajaan berupa tengkorak bertaring di atas bulan sabit yang biasa disebut Candrakapala. Setelah Bameswara turun tahta, ia kemudian digantikan oleh Jayabaya yang dalam masa pemerintahannya itu berhasil menaklukkan Jenggala.
            Pada tahun 1019 M Airlangga diangkat menjadi raja Medang Kamulan. Airlangga berusaha memulihkan kembali kewibawaan Medang Kamulan. Setelah kewibawaan kerajaan berahasil dipulihkan, Airlangga memindahkan pusat pemerintahannya dari Medang Kamulan ke Kahuripan. Berkat kerja kerasnya, Medang Kamulan mencapai kejayaan dan kemakmuran. Jelang akhir hayatnya, Airlangga memutuskan untuk mundur dari pemerintahan dan menjadi pertapa dengan sebutan Resi Gentayu. Airlangga akhirnya wafat pada tahun 1049 M. Seharusnya Pewaris tahta kerajaan Medang Kamulan adalah seorang putri yaitu Sri Sanggramawijaya yang lahir dari seorang permaisuri. Akan tetapi karena memilih menjadi pertapa, kekuasaan beralih pada putra Airlangga yang lahir dari selir.
            Agar tidak terjadi perang saudara, Medang Kamulan dibagi menjadi dua yaitu kerajaan Jenggala dengan ibu kota Kahuripan, dan kerajaan Kediri (Panjalu) dengan ibu kota Dhaha. Tetapi usaha tersebut mengalami kegagalan. Hal ini dapat terlihat hingga abad ke 12, dimana Kerajaan Kediri tetap menjadi kerajaan yang megah dan makmur namun tetap tidak damai sepenuhnya dikarenakan dibayangi Jenggala yang berada dalam posisi yang lebih lemah. Hal itu mengakibatkan kondisi gelap, penuh kemunafikan dan pembunuhan berlangsung terhadap pangeran dan raja-raja antar kedua negara tersebut. Namun pertikaian ini berakhir dengan kekalahan yang dialami oleh jenggala, dan kerajaan kembali dipersatukan di bawah kekuasaan Kerajaan Kediri.

f.       Kehidupan Sosial Masyarakat Kerajaan Kediri
            Jika dilihat dari kehidupan sosial masyarakat Kediri pada masa itu bisa dibilang cukup baik karena kesejahteraan rakyat pada saat itu bisa dibilang meningkat, masyarakat hidup dengan tenang, hal ini bisa dilihat dari rumah-rumah rakyatnya yang cukup baik, bersih, rapi, dan berlantaikan ubin yang berwarna kuning dan hijau serta orang-orang Kediri telah memakai kain sampai di bawah lutut. Dengan kehidupan masyarakatnya yang aman dan damai maka seni dapat berkembang antara lain kesusastraan yang paling maju adalah seni sastra.
            Hal ini dapat dilihat dari banyaknya hasil sastra yang dapat Anda ketahui sampai sekarang.Hasil sastra tersebut, selain seperti yang telah dijelaskan pada uraian materi sebelumnya juga masih banyak kitab sastra yang lain yaitu seperti kitab Hariwangsa dan Gatotkacasraya yang ditulis oleh Mpu Panuluh pada masa Jayabaya, kitab Simaradahana karya Mpu Darmaja, kitab Lubdaka dan Wertasancaya karya Mpu Tan Akung, kitab Kresnayana karya Mpu Triguna dan kitab Sumanasantaka karya Mpu Monaguna. Kesemuanya itu dihasilkan pada masa pemerintahan Kameswara.Penemuan Situs Tondowongso pada awal tahun 2007, yang diyakini sebagai peninggalan Kerajaan Kediri diharapkan dapat membantu memberikan lebih banyak informasi tentang kerajaan tersebut.
            Beberapa arca kuno peninggalan Kerajaan Kediri. Arca yang ditemukan di desa Gayam, Kediri itu tergolong langka karena untuk pertama kalinya ditemukan patung Dewa Syiwa Catur Muka atau bermuka empat.Kehidupan sosial pada zaman Kerajaan Kediri dapat kita lihat dalam kitab Ling-Wai-Tai-Ta yang disusun oleh Chou Ku-Fei pada tahun 1178 M. Dalam Kitab tersebut menyatakan bahwa masyarakat Kediri menggunakan kain sampai bawah lutut dan rambutnya diurai. Rumah masyarakatnya rata-rata sangatlah bersih dan rapi. Lantainya tebuat dari ubin yang berwarna kuning dan hijau. Pemerintahannya sangat lah memerhatikan keadaan masyarakatnya sehingga pertanian, peternakan, dan perdagangan mengalami kemajuan yang cukup pesat.

            Masyarakat Kediri dibedakan menjadi 3 golongan berdasarkan kedudukan dalam pemerintahan kerajaan:
1. Golongan masyarakat pusat (Kerajaan)
                        Adalah masyarakat yang terdapat dalam  lingkungan raja dan beberapa kaum kerabatnya serta kelompok pelayannya.
2. Golongan masyarakat thani (Daerah)
                        Adalah golongan masyarakat yang terdiri atas para pejabat atau petugas pemerintahan di wilayah thani (daerah).
          3. Golongan masyarakat non-pemerintah
          Adalah golongan masyarakat yang tidak mempunyai kedudukan dan hubungan dengan pemerintah secara resmi atau masyarakat wiraswasta. Kediri memiliki 300 lebih pejabat yang bertugas mengurus dan mencatat semua penghasilan kerajaan. Di samping itu, ada 1.000 pegawai rendahan yang bertugas mengurusi benteng dan parit kota, perbendaharaan kerajaan, dan gedung persediaan makanan
g.      Peniggalan sejarah kerajaan Kediri    
a)      Prasasti Banjaran yang berangka tahun 1052 M , menjelaskan kemenangan Kerajaan Kediri atas Jenggala
b)      Prasasti ngantang tahun 1135 atau 1052 M, menjelaskan Kerajaan Kediri pada masa Raja Jayabaya. Pada prasasti ini terdapat semboyan Panjalu Jayati yang memiliki arti Kediri Menang.
c)      Prasasti laring (1104 M ) Dari raja Gandra, yang memuat tentang sejumlah nama-nama hewan seperti kebo waruga dan tikus jantan.
d)     Prasati yang ditemukan di tulungagung dan Kertosono, Berisi tentang masalah – masalah keagamaan dan diperkirakan berasal dari Raja Bameswara ( 1171-1130 M )
e)      Prasasti Kamulan (1194 M )
            Yang menyatakan bahwa pada masa pemerintahahn Raja Kertajaya , kerajaan kediri telah berhasil mengalahkan musuh yang menguasai istana di katang – katang.

            Seni sastra mendapat banyak perhatian pada zaman Kerajaan Kediri. Pada tahun 1157 Kakawin Bharatayuddha ditulis oleh Mpu Sedah dan diselesaikan oleh Mpu Panuluh. Kitab ini bersumber dari Mahabharata yang berisi kemenangan Pandawa atas Korawa, sebagai kiasan kemenangan Sri Jayabhaya atas Janggala. Selain itu, Mpu Panuluh juga menulis Kakawin Hariwangsa dan Ghatotkachasraya. Terdapat pula pujangga zaman pemerintahan Sri Kameswara bernama Mpu Dharmaja yang menulis Kakawin Smaradahana.
            Kemudian pada zaman pemerintahan Kertajaya terdapat pujangga bernama Mpu Monaguna yang menulis Sumanasantaka dan Mpu Triguna yang menulis Kresnayana.Di samping kitab sastra maupun prasasti di atas, juga ditemukan berita China yang banyak memberikan gambaran tentang kehidupan masyarakat dan pemerintahan Kediri yang tidak ditemukan dari sumber yang lain. Berita Cina tersebut disusun melalui kitab yang berjudul Ling-mai-tai-ta yang ditulis oleh Cho-ku-Fei tahun 1178 M dan kitab Chu-Fan-Chi yang ditulis oleh Chau-Ju-Kua tahun 1225 M.
h.      Kondisi Ekonomi Pada Zaman Kerajaan Kediri
            Perekonomian Kediri bersumber atas usaha perdagangan, peternakan, dan pertanian. Kediri terkenal sebagai penghasil beras, kapas dan ulat sutra. Dengan demikian dipandang dari aspek ekonomi, kerajaan Kediri cukup makmur. Hal ini terlihat dari kemampuan kerajaan memberikan penghasilan tetap kepada para pegawainya dibayar dengan hasil bumi. Keterangan ini diperoleh berdasarkan kitab Chi-Fan-Chi dan kitab Ling-wai-tai-ta.
i.        Runtuhnya Kerajaan Kediri
            Kerajaan Kediri runtuh dikarenakan pada masa pemerintahan Kertajaya, dan dikisahkan dalam Pararaton dan Nagarakretagama. Pada masa itu kertajaya (tahun 1222) mengalami pertentangan dengan kaum Brahmana. Kaum Brahmana menggangap Kertajaya telah melanggar agama dan memaksa meyembahnya sebagai dewa. Kemudian kaum Brahmana meminta perlindungan Ken Arok, akuwu Tumapel. Kebetulan Ken Arok juga bercita-cita memerdekakan Tumapel yang merupakan daerah bawahan Kadiri. Perang antara Kerajaan Kediri dan Tumapel terjadi dekat desa Ganter.
            Dalam peperangan tersebut Ken Arok berhasil mengalahkan Kertajaya, pada masa itu menandai berakhirnya masa kejayaan kerajaan Kediri. yang sejak saat itu kemudian kediri menjadi bawahan Tumapel atau Singoasari. Setelah Ken Arok mengalahkan Kertajaya, Kerajaan kediri menjadi suatu wilayah dibawah kekuasaan Singosari. Ken Arok mengangkat Jayasabha, putra Kertajaya sebagai bupati kerajaan kediri. Pada tahun 1258 Jayasabha digantikan oleh putranya yang bernama Sastrajaya.
            Pada tahun 1271 Sastrajaya digantikan putranya, yang bernama Jayakatwang. Jayakatwang memberontak terhadap Kerajaan Singosari yang dipimpin oleh Kertanegara, karena dendam masa lalu yang mana leluhurnya Kertajaya dikalahkan oleh Ken Arok.Setelah berhasil membunuh Kertanegara, Jayakatwang membangun kembali Kerajaan Kadiri, namun hanya bertahan selama satu tahun dikarenakan serangan gabungan yang dilancarkan oleh pasukan Mongol dan pasukan menantu Kertanegara, Raden Wijaya.
2.     Kerajaan Singhasari
            Menurut Pararaton, Tumapel semula hanya sebuah daerah bawahan Kerajaan Kadiri. Yang menjabat sebagai akuwu (setara camat) Tumapel saat itu adalah Tunggul Ametung. Ia mati dibunuh dengan cara tipu muslihat oleh pengawalnya sendiri yang bernama Ken Arok, yang kemudian menjadi akuwu baru. Ken Arok juga yang mengawini istri Tunggul Ametung yang bernama Ken Dedes. Ken Arok kemudian berniat melepaskan Tumapel dari kekuasaan Kadiri. Pada tahun 1254 terjadi perseteruan antara Kertajaya raja Kadiri melawan kaum  diri dengan Ken Arok yang mengangkat dirinya menjadi raja pertama Tumapel bergelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi. Perang melawan Kadiri meletus di desa Ganter yang dimenangkan oleh pihak Tumapel.
                        Nagarakretagama juga menyebut tahun     ( bangunan kerajaan singhasari)  yang sama untuk pendirian Kerajaan Tumapel, namun tidak menyebutkan adanya nama Ken Arok. Dalam naskah itu, pendiri kerajaan Tumapel bernama Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra yang berhasil mengalahkan Kertajaya raja Kadiri. Prasasti Mula Malurung atas nama Kertanagara tahun 1255, menyebutkan kalau pendiri Kerajaan Tumapel adalah Bhatara Siwa. Mungkin nama ini adalah gelar anumerta dari Ranggah Rajasa, karena dalam Nagarakretagama arwah pendiri kerajaan Tumapel tersebut dipuja sebagai Siwa. Selain itu, Pararaton juga menyebutkan bahwa, sebelum maju perang melawan Kadiri, Ken Arok lebih dulu menggunakan julukan Bhatara Siwa.
a.      Sumber Sejarah

            Mengenai sumber sejarah tentang Kerajaan Singhasari diperoleh dari cukup banyak sumber yang beupa kitap, catatan dan prasasti. Sumber-sumber itu antara lain sebagai berikut :
1.        Kitap Pararaton, yang menceritakan riwayat raja-raja Singhasari.
2.        Kitap Negarakartagama, yang memuat silsilah raja-raja Majapahit yang berhubungan erat dengan raja-raja Singhasari.
3.        Berita Cina yang menceritakan bahwa Kaisar Kubilai Khan mengirim pasukannya untuk menaklukkan Singhasari.
4.        Peninggalan berupa bangunan candi yang menjadi makan raja-raja Singhasari, seperti Candi Kidal, Candi Jago dan Candi Singhasari.

b.      Raja-raja yang memerintah di kerajaan Singhasari adalah :

1. Ken Arok
            Setelah menjadi raja. Ken Arok bergelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi, yang memerintah selama lima tahun. Masa pemerintahannya berakhir tragis sebab dibunuh oleh Anusapati, anak dari perkawinan Ken Dedes dan Tunggul Ametung.

2. Anusapati.
            Anusapati memerintah cukup lama, tetapi hampir tidak ada perubahan yang ia lakukan selama memerintah. Ia tenggelam dalam kegemaran menyabung ayam, yang akhirnya mengakhiri hidup sekaligus masa pemerintahannya. Kegemaran itu dimanfaatkan oleh Tohjaya, anak dari perkawinan Ken Arok dengan Ken Umam, untuk menyingkirkan Anusapati. Ditengah keasikan menyabung ayam, Tohjaya menikam Anusapati, dengan keris yang pernah digunakan Anusapati untuk membunuh Ken Arok.

3. Tohjaya
            Tohjaya memerintah hanya beberapa bulan. Penyebabnya adalah kemelut politik. Ranggauwuni putra Anusapati, menuntut hak atas tahta Singhasari. Ia didukung oleh Mahisa Cempaka, cucu dari perkawinan Ken Arok dengan Ken Dedes. Semakin kuatnya dukungan terhadap Ranggauwuni dan Mahisa Cempaka membuat kedudukan Tohjaya dapat digulingkan.

4. Wisnuwardhana.
            Ranggauwuni naik tahta Singhasari dengan gelar Winuwardana. Ia dibantu oleh Mahisa Cempaka yang bergelar Narasinghamurti. Pemerintahan kedua pemimpin tersebut menbawa Singhasari pada keamanan dan kesejahteraan.

5. Kertanegara.
            Kertanegara merupakan raja Singhasari terbesar sekaligus terakhir. Ia adalah negarawan ulung yang cenderung totaliter. Akibatnya sejumlah langkah pembaharuan yang dilakukannya mengundang dukungan sekaligus kebencian.
Beberapa kebijakan Kertanegara antara lain.
a)      Menggantikan Mahapatih Raganatha dengan Aragani yang dilatarbelakangi oleh ketidaksetujuan Raganatha terhadap cita-cita Kertanegara menyatukan seluruh nusantara dibawah panji Snghasari.
b)      Mengirim ekspedisi militer bernama Pamalayu ke Sumatera. Ekspedisi pada tahun 1275 M bertujuan menaklukkan kerajaan Melayu. Selain Melayu, Kertanegara juga menaklukkan Bali, Pahang, Sunda dan Gurun.
c)      Menjalin persahabatan dengan raja Champa yang bernama Jayasinghawarman III. Tujuan menjalin persahabatan itu adalah untuk menahan ekspansi Kubilai Khan dari Mongol.
d)     Kubilai Khan beberapa kali mengirim utusan kepada Kertanegara agar tunduk kepada Mongol. Karena kesal, Kertanegara mengirim kembali utusan itu setelah mukanya dirusak. Tindakan itu membuat Kubilai Khan murka. Ia kemudian mengirim tentaranya ke Jawa untuk menghancurkan Kertanegara, Namun maksud itu tidak terpenuhi karena Singhasari telah hancur akibat pemberontakan dari raja bawahan.
c.      Kehidupan Politik
            Kerajaan Singosari yang pernah mengalami kejayaan dalam perkembangan kerajaan hindu di Indonesia dan bahkan menjai cikal bakal lahirnya kerajaan Majapahit. Di dalam kitab Pararaton di ceritakan bahwa Ken Arok (raja pertama) adalah anak dewa Brahmana yang di titiskan lewat seorang perempuan dari desa Pungkur, tubuh Ken Arok bercahaya. Brahmana smpat menyampaikan pesan bahwa kelak bayi tersebut akan menjadi seorang raja. Tanpa di ketahui alasannya, bayi tersebut di buang oleh ibunya. Namun seorang pencuri yang bernama Lembong menemukan dan menjadikannya anak angkat. Tetapi Ken Arok tumbuh menjadi anak yang nakal, suka berkelahi, mencuri serta mengganggu orang lain. Setelah dewasa, Ken Arok pergi mengembara hingga sampai ke gunung Kawi. Ia bertulang menjadi seorang pencuri, perampok, pembunuh, dan pengganggu wanita.
            Kejahatan yang semakin merajalela ini membuat Ken Arok di buru oleh masyarakat dan Pasukan Kediri, akan tetapi ia sempat meloloskan diri. Setelah itu ia bertemu dengan seorang Brahmana yang bernama Lohgawe dan Ken Arok pun di angkat sebagai anak. Ia memproleh pendidikan keagamaan dan ilmu pengetahuan dari Lohgawe. Lambat laun ia menjadi seorang yang cakap, berani, dan mengagumkan. Setelah itu dia di angkat menjadi pengawal Adipati Tumapel yaitu Tunggul Ametung yang kemudian nanti di taklukkan Ken Arok dan menjadi cikal bakal lahirnya kerajaan Singosari seperti yang di sebutkan di atas.
            Semula Ken Arok adalah seorang pengawal setia Tunggul Ametung dan sebagai tangan kanan Akuwu (bupati). Akan tetapi kesetiaan ini berubah tatkala timbul keinginannya untuk memiliki memperistri dari istri Tunggal Ametung, Ken Dedes. Ken Arok akhirnya berhasil mewujudkan keinginannya dengan peranrtara Kebo Ijo, melalui cara membunuhnya menggunakan keris yang di tempahnya kepada Mpu Gandring. Setelah itu Ken Arok memperistri Ken Dedes dan menjadi Akuwu (bupati) di Tumapel.
            Kerajaan Singosari juga sering di warnai dengan antar sesamanya untuk memperebutkan kekuasaan dan berupa penghianatan. Peristiwa keris Mpu Gandring ini kebenarannya masih belum jelas, apakah keris ini telah membunuh beberapa orang sampai 7 orang seperti kutuka Mpu Gandring. Setelah memerintah dengan bantuan Brahamana, Ken Arok berhasil mengubah ketatanegaraan sesuai dengan ajaran Hundu dan mendirikan Dinasti Garindra Wangsa yang kemudian di rubah menjadi Singosari.
d.      Kehidupan Sosial
            Ketika Ken Arok menjadi penguasa di Tumapel, ia berusaha meningkatkan kehidupan masyarakatnya hingga mengakibatkan daerah di sekitar Tumapel banyak yang bergabung dengan Tumapel. Keadaan seperti ini mengakibatkan kaum Brahmana Kediri yang menentang raja Kertajaya melarikan diri ke Tumapel dan meminta perlindungan kepada Ken Arok.Namun semua itu berubah saat Anusapati berkuasa di Singosari, kehidupan masyarakatnya kurang mendapat perhatian. Barulah pada masa pemerintahan Wisnuwardana kehidupan masyarakat Singosari tertata rapi.
e.      Kehidupan Ekonomi
            Mengenai kehidupan perekonomian Singosari tidak begitu jelas diketahui. Akan tetapi mengingat kerajaan tersebut terletak di tepi sungai Brantas (Jawa Timur), kemungkinan masalah ekonomi tidak jauh berbeda dari kerajaan – kerajaan terdahulunya, yaitu secara langsung maupun secara tidak langsung rakyat ikut ambil bagian dalam dunia pelayaran. Keadaan ini juga didukung oleh hasil – hasil bumi yang sangat besar hasilnya bagi rakyat jawa timur.Raja Kertajaya berusaha untuk menguasai jalur perdagangandi Selat Malaka dengan kata lain, Raja Kertanegara berusaha menarik perhatian para pedagang untuk melakukan kegiatannya di wilayah Kerajaan Singhasari.
f.       Kehidupan Budaya
            Gambaran perkembangan kebudayaan sejak berdirinya kerajaan Singosari terlihat dari di temukannya peninggalan berupa candi – candi dan patung yang di bangun dari zaman kekuasaan Singosari. Diantaranya seperti candi Kidal, Jago, dan candi Singosari. Sedangkan patung yang di temukan adalah patung Ken Dedes sebagai dewi Prajnaparamita lambing kesempurnaan ilmu, patung Kertanegara dalam bentuk Joko Dolok yang di temuksn dekat Surabaya dan patung Amoghapasa juga perwujudan dari raja Kertanegara yang dikirim ke Dharmacraya ibu kota kerajaan Melayu. Kedua perwujudan patung tersebut dapat di ketahui bahwa raja Kertanegara beragama Budha beraliran Tantrayana (Tantriisme)
g.      Masa Kejayaan
       Kertanagara adalah raja terakhir dan raja terbesar dalam sejarah Singhasari (1272 - 1292). Ia adalah raja pertama yang mengalihkan wawasannya ke luar Jawa. Pada tahun 1275 ia mengirim pasukan Ekspedisi Pamalayu untuk menjadikan Sumatra sebagai benteng pertahanan dalam menghadapi ekspansi bangsa Mongol. Saat itu penguasa Sumatra adalah Kerajaan Dharmasraya (kelanjutan dari Kerajaan Malayu). Kerajaan ini akhirnya dianggap telah ditundukkan, dengan dikirimkannya bukti arca Amoghapasa yang dari Kertanagara, sebagai tanda persahabatan kedua negara.
       Pada tahun 1284, Kertanagara juga mengadakan ekspedisi menaklukkan Bali. Pada tahun 1289 Kaisar Kubilai Khan mengirim utusan ke Singhasari meminta agar Jawa mengakui kedaulatan Mongol. Namun permintaan itu ditolak tegas oleh Kertanagara. Nagarakretagama menyebutkan daerah-daerah bawahan Singhasari di luar Jawa pada masa Kertanagara antara lain, Melayu, Bali, Pahang, Gurun, dan Bakulapura. Jadi pada masa ini yang dinyatakan sebagai masa kejayaan oleh Kerajaan Singasari
h.      Masa Keruntuhan

             Singhasari runtuh akibat pemberontakan Jayakatwang. Dalam pemberontakan tersebut, ia bersekongkol dengan Arya Wiraraja (Banyak wide), bupati dari Sumenep. Ketika itu kekuatan militer dalam Singhasari lemah akibat terlalu banyak pasukan dilibatkan dalam ekspedisi Sumatera, Bali dan daerah lain. Kekuatan militer Singhasari semakin lemah dengan pengkhianatan salah seorang panglimanya yakni Ardaraja putra Jayakatwang sendiri. Kesempatan itu digunakan oleh Jayakatwang untuk menhancurkan Singhasari. Serangan pasukan Kediri tidak terbendung lagi. Kertanegara gugur dalam serangan itu. salah seorang panglima Singhasari, yakni Raden Wijaya berhasil menyelamatkan diri bersama Ranggalawe, Sora dan Nambi. Mereka melarikan diri ke Kudadu, pada tahun 1292 M dan berakhirlah kerajaan Singhasari.

3.     Kerajaan Majapahit  
            Pada saat terjadi serangan Jayakatwang, Raden Wijaya bertugas menghadang bagian utara, ternyata serangan yang lebih besar justru dilancarkan dari selatan. Maka ketika Raden Wijaya kembali ke Istana, ia melihat Istana Kerajaan Singasari hampir habis dilalap api dan mendengar Kertanegara telah terbunuh bersama pembesar-pembesar lainnya. Akhirnya ia melarikan diri bersama sisa-sisa tentaranya yang masih setia dan dibantu penduduk desa Kugagu. Setelah merasa aman ia pergi ke Madura meminta perlindungan dari Aryawiraraja. Berkat bantuannya ia berhasil menduduki tahta, dengan menghadiahkan daerah tarik kepada Raden Wijaya sebagai daerah kekuasaannya.
            Ketika tentara Mongol datang ke Jawa dengan dipimpin Shih-Pi, Ike-Mise, dan Kau Hsing dengan tujuan menghukum Kertanegara, maka Raden Wijaya memanfaatkan situasi itu untuk bekerja sama menyerang Jayakatwang. Setelah Jayakatwang terbunuh, tentara Mongol berpesta pora merayakan kemenanganya. Kesempatan itu pula dimanfaatkan oleh Raden Wijaya untuk berbalik melawan tentara Mongol, sehingga tentara Mongol terusir dari Jawa dan pulang ke negrinya. Maka tahun 1293 Raden Wijaya naik tahta dan bergelar Sri Kertajasa Jayawardhana.           
a.      Sumber sejarah Kerajaaan Majapahit
       Sumber sejarah mengenai berdiri dan berkembangnya kerajaan Majapahit berasal dari berbagai sumber yakni :
1)      Prasasti Butok (1244 tahun). Prasasti ini dikeluarkan oleh Raden Wijaya setelah ia berhasil naik tahta kerajaan. Prasasti ini memuat peristiwa keruntuhan kerajaan Singasari dan perjuangan Raden Wijaya untuk mendirikan kerajaan
2)      Kidung Harsawijaya dan Kidung Panji Wijayakrama, kedua kidung ini menceritakan Raden Wijaya ketika menghadapi musuh dari kediri dan tahun-tahun awal perkembangan Majapahit
3)      Kitab Pararaton, menceritakan tentang pemerintahan raja-raja Singasari dan Majapahit
4)      Kitab Negarakertagama, menceritakan tentang perjalanan Rajam Hayam Wuruk ke Jawa Timur.

b.      Kebudayaan Kerajaan Majapahit
            Gapura Bajang Ratu, gerbang masuk salah satu kompleks bangunan penting di ibu kota Majapahit. Bangunan ini masih tegak berdiri di Trowulan. "Dari semua bangunan, tidak ada tiang yang luput dari ukiran halus dan warna indah" [Dalam lingkungan dikelilingi tembok] "terdapat pendopo anggun beratap ijuk, indah bagai pemandangan dalam lukisan... Kelopak bunga katangga gugur tertiup angin dan bertaburan di atas atap. Atap itu bagaikan rambut gadis yang berhiaskan bunga, menyenangkan hati siapa saja yang memandangnya
            Nagarakretagama menyebutkan budaya keraton yang adiluhung dan anggun, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Peristiwa utama dalam kalender tata negara digelar tiap hari pertama bulan Caitra (Maret-April) ketika semua utusan dari semua wilayah taklukan Majapahit datang ke istana untuk membayar upeti atau pajak. Kawasan Majapahit secara sederhana terbagi dalam tiga jenis: keraton termasuk kawasan ibu kota dan sekitarnya; wilayah-wilayah di Jawa Timur dan Bali yang secara langsung dikepalai oleh pejabat yang ditunjuk langsung oleh raja; serta wilayah-wilayah taklukan di kepulauan Nusantara yang menikmati otonomi luas.
            Ibu kota Majapahit di Trowulan merupakan kota besar dan terkenal dengan perayaan besar keagamaan yang diselenggarakan setiap tahun. Agama Buddha, Siwa, dan Waisnawa (pemuja Wisnu) dipeluk oleh penduduk Majapahit, dan raja dianggap sekaligus titisan Buddha, Siwa, maupun Wisnu. Nagarakertagama sama sekali tidak menyinggung tentang Islam, akan tetapi sangat mungkin terdapat beberapa pegawai atau abdi istana muslim saat itu.Walaupun batu bata telah digunakan dalam candi pada masa sebelumnya, arsitek Majapahitlah yang paling ahli menggunakannya.
            Candi-candi Majapahit berkualitas baik secara geometris dengan memanfaatkan getah tumbuhan merambat dan gula merah sebagai perekat batu bata. Contoh candi Majapahit yang masih dapat ditemui sekarang adalah Candi Tikus dan Gapura Bajang Ratu di Trowulan, Mojokerto. Beberapa elemen arsitektur berasal dari masa Majapahit, antara lain gerbang terbelah candi bentar, gapura paduraksa (kori agung) beratap tinggi, dan pendopo berdasar struktur bata. Gaya bangunan seperti ini masih dapat ditemukan dalam arsitektur Jawa dan Bali.
c.      Ekonomi
            Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan. Pajak dan denda dibayarkan dalam uang tunai. Ekonomi Jawa telah sebagian mengenal mata uang sejak abad ke-8 pada masa kerajaan Medang yang menggunakan butiran dan keping uang emas dan perak. Sekitar tahun 1300, pada masa pemerintahan raja pertama Majapahit, sebuah perubahan moneter penting terjadi:         (koin kerajaan majapahit )         keping uang dalam negeri diganti dengan uang "kepeng" yaitu keping uang tembaga impor dari China. Pada November 2008 sekitar 10.388 keping koin China kuno seberat sekitar 40 kilogram digali dari halaman belakang seorang penduduk di Sidoarjo.
            Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur memastikan bahwa koin tersebut berasal dari era Majapahit. Alasan penggunaan uang logam atau koin asing ini tidak disebutkan dalam catatan sejarah, akan tetapi kebanyakan ahli menduga bahwa dengan semakin kompleksnya ekonomi Jawa, maka diperlukan uang pecahan kecil atau uang receh dalam sistem mata uang Majapahit agar dapat digunakan dalam aktivitas ekonomi sehari-hari di pasar Majapahit. Peran ini tidak cocok dan tidak dapat dipenuhi oleh uang emas dan perak yang mahal.
            Kemakmuran Majapahit diduga karena dua faktor. Faktor pertama; lembah sungai Brantas dan Bengawan Solo di dataran rendah Jawa Timur utara sangat cocok untuk pertanian padi. Pada masa jayanya Majapahit membangun berbagai infrastruktur irigasi, sebagian dengan dukungan pemerintah. Faktor kedua; pelabuhan-pelabuhan Majapahit di pantai utara Jawa mungkin sekali berperan penting sebagai pelabuhan pangkalan untuk mendapatkan komoditas rempah-rempah Maluku. Pajak yang dikenakan pada komoditas rempah-rempah yang melewati Jawa merupakan sumber pemasukan penting bagi Majapahit.
            Nagarakretagama menyebutkan bahwa kemashuran penguasa Wilwatikta telah menarik banyak pedagang asing, di antaranya pedagang dari India, Khmer, Siam, dan China. Pajak khusus dikenakan pada orang asing terutama yang menetap semi-permanen di Jawa dan melakukan pekerjaan selain perdagangan internasional. Majapahit memiliki pejabat sendiri untuk mengurusi pedagang dari India dan Tiongkok yang menetap di ibu kota kerajaan maupun berbagai tempat lain di wilayah Majapahit di Jawa.
d.      Kehidupan Politk
       Majapahit selalu menjalankan politik bertetangga yang baik dengan kerajaan asing, seperti Kerajaan Cina, Ayodya (Siam), Champa dan Kamboja. Hal itu terbukti sekitar tahun 1370 – 1381, Majapahit telah beberapa kali mengirim utusan persahabatan ke Cina. Hal itu diketahui dari berita kronik Cina dari Dinasti Ming.
            Raja kerajaan Majapahit sebagai negarawan ulung juga sebagai politikus-politikus yang handal. Hal ini dibuktikan oleh Raden Wiajaya, Hayam Wuruk, dan Maha Patih Gajahmada dalam usahanya mewujudkan kerajaan besar, tangguh dan berwibawa. Struktur pemerintahan di pusat pemerintahan Majapahit :
1.       Raja
2.      Yuaraja atau Kumaraja (Raja Muda)
3.       Rakryan Mahamantri Katrini.
Disamping raja-raja daerah adapula pejabat-pejabat sipil maupun militer. Dari susunan pemerintahannya kita dapat melihat bahwa sistem pemerintahan dan kehidupan politik kerjaan Majapahit sudah sangat teratur.

e.      Raja-Raja yang Pernah Memerintah MAJAPAHIT

1)      Kertajasa Jawardhana (1293 – 1309)
       Merupakan pendiri kerajaan Majapahit, pada masa pemerintahannya, Raden Wijaya dibantu oleh mereka yang turut berjasa dalam merintis berdirinya Kerajaan Majapahit, Aryawiraraja yang sangat besar jasanya diberi kekuasaan atas sebelah Timur meliputi daerah Lumajang, Blambangan. Raden Wijaya memerintah dengan sangat baik dan bijaksana. Susunan pemerintahannya tidak berbeda dengan susunan pemerintahan Kerajaan Singasari.

2)      Raja Jayanegara (1309-1328)
       Kala Gemet naik tahta menggantikan ayahnya dengan gelar Sri Jayanegara. Pada Masa pemerintahannnya ditandai dengan pemberontakan-pemberontakan. Misalnya pemberontakan Ranggalawe 1231 saka, pemberontakan Lembu Sora 1233 saka, pemberontakan Juru Demung 1235 saka, pemberontakan Gajah Biru 1236 saka, Pemberontakan Nambi, Lasem, Semi, Kuti dengan peristiwa Bandaderga. Pemberontakan Kuti adalah pemberontakan yang berbahaya, hampir meruntuhkan Kerajaan Majapahit. Namun semua itu dapat diatasi. Raja Jayanegara dibunuh oleh tabibnya sendiri yang bernama Tanca. Tanca akhirnya dibunuh pula oleh Gajah Mada.

3)      zTribuwana Tunggadewi (1328 – 1350)
       Raja Jayanegara meninggal tanpa meninggalkan seorang putrapun, oleh karena itu yang seharusnya menjadi raja adalah Gayatri, tetapi karena ia telah menjadi seorang Bhiksu maka digantikan oleh putrinya Bhre Kahuripan dengan gelar Tribuwana Tunggadewi, yang dibantu oleh suaminya yang bernama Kartawardhana. Pada tahun 1331 timbul pemberontakan yang dilakukan oleh daerah Sadeng dan Keta (Besuki). Pemberontakan ini berhasil ditumpas oleh Gajah Mada yang pada saat itu menjabat Patih Daha. Atas jasanya ini Gajah Mada diangkat sebagai Mahapatih Kerajaan Majapahit menggantikan Pu Naga. Gajah Mada kemudian berusaha menunjukkan kesetiaannya, ia bercita-cita menyatukan wilayah Nusantara yang dibantu oleh Mpu Nala dan Adityawarman. Pada tahun 1339, Gajah Mada bersumpah tidak makan Palapa sebelum wilayah Nusantara bersatu. Sumpahnya itu dikenal dengan Sumpah Palapa, adapun isi dari amukti palapa adalah sebagai berikut :”Lamun luwas kalah nusantara isum amakti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, ring Sunda, ring Palembang, ring Tumasik, samana sun amukti palapa”. Kemudian Gajah Mada melakukan penaklukan-penaklukan.

4)      Hayam Wuruk
       Hayam Wuruk naik tahta pada usia yang sangat muda yaitu 16 tahun dan bergelar Rajasanegara. Di masa pemerintahan Hayam Wuruk yang didampingi oleh Mahapatih Gajah Mada, Majapahit mencapai keemasannya. Dari Kitab Negerakertagama dapat diketahui bahwa daerah kekuasaan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, hampir sama luasnya dengan wilayah Indonesia yang sekarang, bahkan pengaruh kerajaan Majapahit sampai ke negara-negara tettangga. Satu-satunya daerah yang tidak tunduk kepada kekuasaaan Majapahit adalah kerajaan Sunda yang saat itu dibawah kekuasaan Sri baduga Maharaja. Hayam Wuruk bermaksud mengambil putri Sunda untuk dijadikan permaisurinya. Setelah putri Sunda (Diah Pitaloka) serta ayahnya Sri Baduga Maharaja bersama para pembesar Sunda berada di Bubat, Gajah Mada melakukan tipu muslihat, Gajah Mada tidak mau perkawinan Hayam Wuruk dengan putri Sunda dilangsungkan begitu saja. Ia menghendaki agar putri Sunda dipersembahkan kepada Majapahit (sebagai upeti). Maka terjadilah perselisihan paham dan akhirnya terjadinya perang Bubat. Banyak korban dikedua belah pihak, Sri Baduga gugur, putri Sunda bunuh diri.
       Tahun 1364 Gajah Mada meninggal, Kerajaan Majapahit kehilangan seorang mahapatih yang tak ada duanya. Untuk memilih penggantinya bukan suatu pekerjaan yang mudah. Dewan Saptaprabu yang sudah beberapa kali mengadakan sidang untuk memilih pengganti Gajah Mada akhirnya memutuskan bahwa Patih Hamungkubhumi Gajah Mada tidak akan diganti “untuk mengisi kekosongan dalam pelaksanaan pemerintahan diangkat Mpu Tandi sebagais Wridhamantri, Mpu Nala sebagai menteri Amancanegara dan patih dami sebagai Yuamentri. Raja Hayam Wuruk meninggal pada tahun 1389.

5)      Wikramawardhana
       Putri mahkota Kusumawardhani yang naik tahta menggantikan ayahnya bersuamikan Wikramawardhana. Dalam prakteknya Wikramawardhanalah yang menjalankan roda pemerintahan. Sedangkan Bhre Wirabhumi anak Hayam Wuruk dari selir, karena Bhre Wirabhumi (Putri Hayam Wuruk) dari selir maka ia tidak berhak menduduki tahta kerajaan walaupun demikian ia masih diberi kekuasaan untuk memerintah di Bagian Timur Majapahit , yaitu daerah Blambangan. Perebutan kekuasaan antara Wikramawardhana dengan Bhre Wirabhumi disebut perang Paregreg. Wikramawardhana meninggal tahun 1429, pemerintahan raja-raja berikutnya berturut-turut adalah Suhita, Kertawijaya, Rajasa Wardhana, Purwawisesa dan Brawijaya V, yang tidak luput ditandai perebutan kekuasaan.

f.       Kejayaan Majapahit
            Batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan tersebut tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja. Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok. Selain melancarkan serangan dan ekspedisi militer, Majapahit juga menempuh jalan diplomasi dan menjalin persekutuan. Kemungkinan karena didorong alasan politik, Hayam Wuruk berhasrat mempersunting Citraresmi (Pitaloka), putri Kerajaan Sunda sebagai permaisurinya. Pihak Sunda menganggap lamaran ini sebagai perjanjian persekutuan.
            Pada 1357 rombongan raja Sunda beserta keluarga dan pengawalnya bertolak ke Majapahit mengantarkan sang putri untuk dinikahkan dengan Hayam Wuruk. Akan tetapi Gajah Mada melihat hal ini sebagai peluang untuk memaksa kerajaan Sunda takluk di bawah Majapahit. Pertarungan antara keluarga kerajaan Sunda dengan tentara Majapahit di lapangan Bubat tidak terelakkan. Meski dengan gagah berani memberikan perlawanan, keluarga kerajaan Sunda kewalahan dan akhirnya dikalahkan. Hampir seluruh rombongan keluarga kerajaan Sunda dapat dibinasakan secara kejam. Tradisi menyebutkan bahwa sang putri yang kecewa, dengan hati remuk redam melakukan "bela pati", bunuh diri untuk membela kehormatan negaranya. Kisah Pasunda Bubat menjadi tema utama dalam naskah Kidung Sunda yang disusun pada zaman kemudian di Bali dan juga naskah Carita Parahiyangan. Kisah ini disinggung dalam Pararaton tetapi sama sekali tidak disebutkan dalam Nagarakretagama.
            Kakawin Nagarakretagama yang disusun pada tahun 1365 menyebutkan budaya keraton yang adiluhung, anggun, dan canggih, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus dan tinggi, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Sang pujangga menggambarkan Majapahit sebagai pusat mandala raksasa yang membentang dari Sumatera ke Papua, mencakup Semenanjung Malaya dan Maluku. Tradisi lokal di berbagai daerah di Nusantara masih mencatat kisah legenda mengenai kekuasaan Majapahit. Administrasi pemerintahan langsung oleh kerajaan Majapahit hanya mencakup wilayah Jawa Timur dan Bali, di luar daerah itu hanya semacam pemerintahan otonomi luas, pembayaran upeti berkala, dan pengakuan kedaulatan Majapahit atas mereka. Akan tetapi segala pemberontakan atau tantangan bagi ketuanan Majapahit atas daerah itu dapat mengundang reaksi keras.
            Pada tahun 1377, beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan serangan laut untuk menumpas pemberontakan di Palembang. Meskipun penguasa Majapahit memperluas kekuasaannya pada berbagai pulau dan kadang-kadang menyerang kerajaan tetangga, perhatian utama Majapahit nampaknya adalah mendapatkan porsi terbesar dan mengendalikan perdagangan di kepulauan Nusantara. Pada saat inilah pedagang muslim dan penyebar agama Islam mulai memasuki kawasan ini.
g.      Jatuhnya Majapahit
            Pasukan Majapahit, sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389, Majapahit memasuki masa kemunduran akibat konflik perebutan takhta. Pewaris Hayam Wuruk adalah putri mahkota Kusumawardhani,  (sketsa rakyat majapahit)                   yang menikahi sepupunya sendiri, pangeran Wikramawardhana. Hayam Wuruk juga memiliki seorang putra dari selirnya Wirabhumi yang juga menuntut haknya atas takhta. Perang saudara yang disebut Perang Paregreg diperkirakan terjadi pada tahun 1405-1406, antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Perang ini akhirnya dimenangi Wikramawardhana, semetara Wirabhumi ditangkap dan kemudian dipancung.
            Tampaknya perang saudara ini melemahkan kendali Majapahit atas daerah-daerah taklukannya di seberang. Pada kurun pemerintahan Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi laut Dinasti Ming yang dipimpin oleh laksamana Cheng Ho, seorang jenderal muslim China, tiba di Jawa beberapa kali antara kurun waktu 1405 sampai 1433. Sejak tahun 1430 ekspedisi Cheng Ho ini telah menciptakan komunitas muslim China dan Arab di beberapa kota pelabuhan pantai utara Jawa, seperti di Semarang, Demak, Tuban, dan Ampel; maka Islam pun mulai memiliki pijakan di pantai utara Jawa.
            Wikramawardhana memerintah hingga tahun 1426, dan diteruskan oleh putrinya, Ratu Suhita, yang memerintah pada tahun 1426 sampai 1447. Ia adalah putri kedua Wikramawardhana dari seorang selir yang juga putri kedua Wirabhumi. Pada 1447, Suhita mangkat dan pemerintahan dilanjutkan oleh Kertawijaya, adik laki-lakinya. Ia memerintah hingga tahun 1451. Setelah Kertawijaya wafat, Bhre Pamotan menjadi raja dengan gelar Rajasawardhana dan memerintah di Kahuripan. Ia wafat pada tahun 1453 AD. Terjadi jeda waktu tiga tahun tanpa raja akibat krisis pewarisan takhta. Girisawardhana, putra Kertawijaya, naik takhta pada 1456. Ia kemudian wafat pada 1466 dan digantikan oleh Singhawikramawardhana. Pada 1468 pangeran Kertabhumi memberontak terhadap Singhawikramawardhana dan mengangkat dirinya sebagai raja Majapahit.
            Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar agama sudah mulai memasuki Nusantara. Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh Nusantara mulai berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan Islam, yaitu Kesultanan Malaka, mulai muncul di bagian barat Nusantara. Di bagian barat kemaharajaan yang mulai runtuh ini, Majapahit tak kuasa lagi membendung kebangkitan Kesultanan Malaka yang pada pertengahan abad ke-15 mulai menguasai Selat Malaka dan melebarkan kekuasaannya ke Sumatera. Sementara itu beberapa jajahan dan daerah taklukan Majapahit di daerah lainnya di Nusantara, satu per satu mulai melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit.









Soal latihan
1.      Pada Kerajaan Medang Kamulan, Raja Airlangga membagi wilayah Kerajaan menjadi dua bagian yaitu Kerajaan Kediri dengan ibu kota daha dan Kerajaan Jenggala dengan ibu kota Kahuripan  yang bertujuan .....
a.       Untuk menghindari terjadinya perang saudara
b.      Agar kerajaan tersusun
c.       Taktik dalam perang
d.      Taktik meluaskan wilayah kerajaan
e.       Hanya karena keinginannya saja
2.      Prasasti dari Raja Gandra yang memuat tentang sejumlah nama – nama hewan seperti kebo waruga dan tikus janata adalah ....
a.       Prasasti Sirah Keting
b.      Prasasti Ngantang
c.       Prasasti Jaring
d.      Prasasti Kamulan
e.       Prasasti Kediri
3.      Penyabab runtuhnya Kerajaan Kediri adalah .....
a.       Mengurangi hak – hak Brahmana
b.      Kaum Brahmana melarikab diri
c.       Terjadinya pertempuran anta kaum Brahmana dan Kerajaan Kediri
d.      A,b,c benar
e.       Tidak ada jawaban yang benar
4.      Melakukan Ekspedisi Pamalayu dalam politik luar negeri oleh kerajaan singhasari tersebut bertujuan agar ....
a.       Menjalin persahabatan dengan Kerajaan Sriwijaya
b.      Dalam rangka bisnis
c.       Agar bisa saling tukar kebudayaan
d.      Pertukaran prajurit
e.       Untuk menguasai Kerajaan Melayu serta melemahkan posisi Kerajaan Sriwijaya di Selat Malaka
5.      Salah satu cara Raja Kertanegara ( kerajaan Singhasari ) demi kemajuan perekonomiannya adalah...
a.       Turun langsung untuk berdagang
b.      Menjual seluruh hasil panen kerajaan
c.       Membagi wilayah kerajaan
d.      Menarik perhatian para pedagang untuk melakukan kegiatan perdagangan untuk melakukan kegiatannya di wilayah kerajaan
e.       Mengajak para pedagang bermain dan menjamu para pedagang ke wilayah kerajaan dengan sangat baik
6.      Kejayaan Kerajaan Singhasari dapat tercapai pada masa pemerintahan .....
a.       Raja ken arok
b.      Raja Tohjaya
c.       Raja Kertanegara
d.      Raja anusapati
e.       Raja Gajah Mada
7.      Yang dimaksut dari perang praregreg adalah ....
a.       Perang kerajaan
b.      Perang prajurit
c.       Perang keluarga
d.      Perang saudara
e.       Perang persahabatan
8.      Majapahit mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan raja ….
a.       Kertanegara
b.      Raden wijaya
c.       Jayawardhana
d.      Hayam wuruk
e.       Tribuwanatunggadewi
9.       Kitab Sutasoma dikarang oleh seorang pujangga Kerajaan majapahit yang bernama ….
a.       Mpu tantular
b.      Mpu sedah
c.       Mpu prapanca
d.      Mpu panuluh
e.      Mpu dharma
10.    Majapahit merupakan kerajaan yang mengandalkan sektor ekonomi ...
a.         Maritim
b.        Agraris
c.         Nelayan
d.        Perternakan
e.        Industri
3 Responses
  1. yukie Says:

    https://kokonatsutrrrrrrrrrrrrr.blogspot.com/2017/11/waspada-cuaca-buruk-ini-resep-jaga.html
    https://kokonatsutrrrrrrrrrrrrr.blogspot.com/2017/11/peneliti-yogyakarta-kembangkan-singkong.html
    https://kokonatsutrrrrrrrrrrrrr.blogspot.com/2017/11/menahan-kencing-bisa-sebabkan-kerusakan.html

    Tunggu Apa Lagi Guyss..
    Let's Join With Us At Dominovip.com ^^
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami :
    - BBM : D8809B07 / 2B8EC0D2
    - Skype : Vip_Domino
    - WHATSAPP : +62813-2938-6562
    - LINE : DOMINO1945.COM
    - No Hp : +855-8173-4523



  2. Anonim Says:

    Coin Casino Review 2021 - Bonuses, Payouts and Games
    The overall experience is very impressive, however, that many users find that the 인카지노 game is based on the rules set by most septcasino modern casino games. Read our honest review 바카라 사이트 and


Posting Komentar